
Pernyataan Younghoon Kim, pemegang rekor IQ, tentang keyakinannya kepada Tuhan telah menjadi viral dan menginspirasi jutaan orang.
Ketika pria yang disebut-sebut memiliki IQ tertinggi di dunia ini berbicara, orang-orang mendengarkan. Itulah yang terjadi ketika Dr. YoungHoon Kim – yang secara resmi diakui memiliki IQ 276 – menggunakan media sosial untuk menyatakan imannya.
Pada dini hari tanggal 18 Juni, ilmuwan Korea Selatan berusia 36 tahun ini mengunggah pesan sederhana namun mendalam di profil X (Twitter) miliknya: “Sebagai pemegang rekor IQ tertinggi di dunia, saya percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, jalan, kebenaran, dan hidup.”
Postingan tersebut langsung menjadi viral, ditonton lebih dari 22 juta kali dalam beberapa hari dan menuai ratusan ribu reaksi.
Di dunia yang seringkali mengadu kecerdasan dengan keyakinan, pernyataan iman Kim yang tanpa malu-malu telah terbukti menjadi kesaksian yang luar biasa dan menginspirasi banyak orang yang menyaksikannya.
Kim tercengang dan merasa rendah hati dengan respons besar-besaran terhadap twitnya. Namun, alih-alih menikmati ketenaran di internet, ia segera menegaskan bahwa ia memiliki tujuan yang lebih tinggi.
Dalam unggahan lanjutannya, ia menulis bahwa ia “akan menggunakan kesempatan untuk menuntun banyak jiwa kepada Tuhan” sebagaimana dibagikan oleh Church Times. Ia kemudian menekankan niat tersebut dengan seruan singkat penuh kepercayaan: “Amin. Kristus adalah logikaku.”
Tiga kata sederhana tersebut – “Kristus adalah logikaku” – secara ringkas menangkap keyakinan Kim bahwa iman dan akal budi berjalan beriringan. Dalam pandangannya, fondasi kebenaran yang hakiki bukanlah akal budi manusia semata, melainkan Logos (Firman) ilahi itu sendiri.
Pernyataan tersebut menggemakan ajaran lama Gereja Katolik bahwa iman dan akal budi saling melengkapi; Sebagaimana Santo Yohanes Paulus II tulis dengan terkenal: “Iman dan akal budi bagaikan dua sayap yang menopang jiwa manusia untuk merenungkan kebenaran.”
Iman dan Akal Budi Bersatu
Siapakah YoungHoon Kim? Di balik berita utama yang viral, Kim adalah seorang ilmuwan dan wirausahawan ternama dengan pikiran yang sungguh luar biasa. IQ-nya sebesar 276 – hampir dua kali lipat tingkat kejeniusan yang biasanya didefinisikan – telah diverifikasi oleh berbagai organisasi seperti Kejuaraan Memori Dunia dan Mensa, yang secara resmi menobatkannya sebagai pemegang rekor IQ tertinggi di dunia.
Ia menjabat sebagai pendiri dan CEO NeuroStory, sebuah inisiatif penelitian yang menciptakan solusi kesehatan otak bertenaga AI dengan dukungan dari pemerintah Korea Selatan.
Menurut Catholic News Agency, ia juga mendirikan United Sigma Intelligence Association (jaringan global untuk individu-individu berbakat luar biasa) dan menjadi anggota dewan Lifeboat Foundation, yang berfokus pada perlindungan umat manusia dari risiko teknologi. Singkatnya, Kim telah mengabdikan hidupnya untuk mengejar pengetahuan dan inovasi.
Namun, terlepas dari semua kecerdasan dan penghargaan yang diraihnya, Kim juga sama bersemangatnya dalam mencari kebenaran di dalam Tuhan. Yang mengesankan, ia meraih gelar sarjana teologi Kristen dari Universitas Yonsei di Seoul – sebuah kredensial yang mungkin tak terduga dari seorang CEO perusahaan teknologi.
Dalam unggahan sebelumnya di X, Kim bahkan menyebut mempelajari teologi sebagai “salah satu hal terbaik yang pernah saya lakukan dalam hidup saya,” menggambarkannya sebagai “disiplin ilmu tertinggi dari semua bidang studi.” Perpaduan antara iman yang mendalam dan kecerdasan inilah yang justru memperkuat kesaksian publiknya.
Inilah seorang pria yang telah menganalisis banyak filsafat dan ideologi, dan ia tetap dengan sukacita menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Bahkan, Kim menjelaskan di X bahwa setelah mempelajarinya secara mendalam, “hanya Kekristenan yang memberikan solusi logis untuk masalah kejahatan, penderitaan, dan keselamatan.” Baginya, pandangan dunia Kristen memuaskan pencarian akal budi akan koherensi logis maupun pencarian hati akan makna.
Dunia Perlu Mengikuti
Dr. Kim tidak berhenti pada satu twit pun. Terdorong oleh reaksi positif tersebut, ia terus membagikan lebih banyak keyakinannya dalam unggahan-unggahan berikutnya, seolah-olah sedang memimpin kebangkitan daring seorang diri.
Dalam salah satu unggahannya, ia menegaskan otoritas Kitab Suci yang abadi, dengan menulis: “Saya percaya Alkitab adalah Firman Tuhan yang sempurna, kekal, dan final. Oleh karena itu, Alkitab tidak perlu diperbarui. Dunia perlu mengikutinya.”
Kim juga menyuarakan keyakinannya bahwa Kekristenan menawarkan cara paling jelas untuk memahami dan mengalami Tuhan, menekankan bahwa melalui ajaran Yesus, manusia dapat menemukan pengetahuan yang paling lengkap dan benar tentang Tuhan, yang adalah kasih dan keselamatan.
Jelas bahwa ilmuwan brilian ini tidak melihat konflik antara pengetahuan mutakhir dan iman kuno—sebaliknya, ia merangkul kekristenan sebagai kebenaran dalam bentuknya yang paling murni.
Sikap berani Kim telah mendapat sambutan yang kuat dari banyak orang yang membaca unggahannya. Reaksi positif mengalir dari seluruh dunia, terutama dari sesama umat Kristiani yang berbesar hati melihat seorang intelektual terkemuka membela iman.
Memang, sejarah dipenuhi dengan ilmuwan, penulis, dan pemikir brilian yang imannya kepada Kristus sejalan dengan kejeniusan mereka. Kesaksian Kim menegaskan bahwa percaya kepada Tuhan bukanlah tanda ketidaktahuan, melainkan tanda kebijaksanaan dan kerendahan hati.
Seperti yang digembar-gemborkan seorang pengagum di media sosial: “Pemegang rekor IQ tertinggi di dunia percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan… YA! Yesus adalah RAJA!”.
Gereja Tumbuh Tanpa Pastor
Iman yang bertumbuh subur di Korea Selatan: Sebuah mercusuar harapan. Bukanlah suatu kebetulan bahwa kesaksian yang menginspirasi ini datang dari Korea Selatan—sebuah negara di mana Kekristenan telah mengalami pertumbuhan fenomenal selama seabad terakhir.
Pada tahun 1900, umat Kristen hanya sekitar 1% dari populasi Korea. Menurut Christian Century, saat ini, sekitar sepertiga penduduk Korea Selatan beragama Kristen. Jumlah ini terbagi menjadi sekitar 17% Protestan dan 6% Katolik. Sejarah Gereja Katolik di Korea Selatan sendiri sangat menarik, karena Gereja tumbuh tanpa adanya pastor.
Seoul saat ini sebenarnya merupakan rumah bagi beberapa gereja terbesar di dunia, dan Korea Selatan telah menjadi salah satu negara pengirim misionaris terbesar.
Dalam kunjungannya ke negara tersebut pada tahun 2014, Paus Fransiskus memuji iman rakyat Korea yang dinamis, dengan menyatakan bahwa “iman kepada Kristus telah berakar kuat di negeri Anda dan telah menghasilkan buah yang melimpah.”
Dr. YoungHoon Kim adalah contoh cemerlang dari iman yang berbuah tersebut. Keberaniannya untuk secara terbuka mengakui Kristus di hadapan jutaan orang mencerminkan semangat gereja yang terus berkembang, bahkan di tengah masyarakat yang sangat modern dan terdidik.
Pengakuan iman Kim yang viral menginspirasi baik orang percaya maupun yang skeptis. Ini berfungsi sebagai pengingat bahwa tak seorang pun pernah “terlalu cerdas” untuk percaya—bahkan, akal budi yang diberikan Tuhan dapat menuntun kita mendekat kepada Tuhan, bukan menjauh dari-Nya.
Seperti yang diungkapkan Kim sendiri dengan sangat baik: tujuan utama kita sebagai manusia adalah mencari dan mengenal Sang Pencipta.
Dalam Yesus Kristus, sang jenius pemecah rekor ini telah menemukan “jalan, kebenaran, dan hidup,” dan Ia ingin seluruh dunia mengetahuinya. (Aleteia)
