Tue. Nov 5th, 2024

Dilema Wanita: Boss Saya Genit, Tolak “Keinginannya” atau Kehilangan Kerjaan?

Motivator Anthony Dio Martin
Bijaksana hadapi boss yang “ada maunya”

TEMPUSDEI.ID (26 FEBRUARI 2021)

Salam kenal, Pak Anthony Dio Martin. Saya termasuk penggemar Bapak lho.

Saya adalah karyawati baru di sebuah perusahaan. Masih kontrak pula, walau sudah hampir dua tahun kerja.

Masalah saya begini, Pak. Saya amati boss saya beberapa bulan terakhir ini agak aneh. Dia sering sekali kontak saya. Sesekali minta ketemuan. Tadinya saya penuhi permintaannya dengan mengajak teman saya untuk temani. Tampaknya, dia kurang suka saya ajak teman. Dia maunya saya sendirian.

Ketika saya datang sendiri di sebuah restoran untuk ketemu dia, dia tunjukkan “sikap aneh”. Dia pegang-pegang tangan saya. Tahu-tahu keceplosan bahwa dia suka saya.

Wah… Pusing saya, Pak. Selain dia bos, dia sudah punya istri. Saya gak mau mengacaukan rumah tangga orang.

Saya harus bagaimana, Pak. Saya khawatir, saya kehilangan pekerjaan, apalagi di masa pandemi ini. Bantu saya, Pak.

Terima kasih

Syanti, di Jakarta

Syanti yang baik, yang sedang gundah, salam kenal dan salam sehat.

Terus terang, masalah yang Anda hadapi tergolong persoalan yang pelik dan dilematis, namun harus dihadapi dengan jiwa besar. Saya memahami situasinya. Inilah jenis dilema yang namanya approach avoidance (tarikan dan tolakan). Di satu sisi, Anda ingin sekali lolos dan diterima kerja secara permanen. Tapi, di sisi lain, ada nggak enaknya, yakni tingkah laku pimpinan seperti itu. Apalagi, seperti yang Anda katakan, dia telah berkeluarga.

Saya sendiri tidak setuju ketika kita harus “menjual diri” kita hanya untuk mendapatkan sesuap nasi. Menurut saya, ada cara yang lebih baik dan terhormat. Dan di sinilah prinsip kita memang diuji. Apakah kita mau mengorbankan prinsip dan harga diri kita demi karir kita.

Ada banyak konsekuensi dengan meladeni keinginan boss itu. Pertama, ketika akhirnya Anda bekerja di sana,  terus menerus dipaksa meladeninya. Sehingga hubungan kerja menjadi tidak profesional lagi. Malahan ada kasus di mana seorang karyawan putri sampai tidak bisa menikah karena bossnya sangat posesif dan selalu “menghalangi” dia untuk bisa berkencan dengan orang lain. Si boss itu betul-betul menguasai kehidupan si wanita ini. Nah, apakah Anda mau bernasib seperti wanita ini?

Kedua, kalau rekan-rekan yang lain tahu, maka ini akan menjadi bahan pergunjingan. Orang-orang akan omongin bahwa Anda masuk gara-gara berkencan dengan boss. Kecuali Anda bisa punya muka tebal dan nggak peduli dengan omongan mereka.

Ketiga, ini yang nggak disebutkan apakah boss ini owner atau bukan. Kalau dia bukan owner, ada risiko si boss ini pergi atau digantikan, nasib karir kita pun jadi bisa terancam. Jadi, seolah-olah nasib kesuksesan Anda jadi bergantung sama si boss ini. Kalau ini jalan yang Anda pakai, lama-lama Anda jadi nggak mengembangkan diri Anda. Malahan, yang Anda kembangkan cuma kemampuan meladeni si boss, hanya biar tetap naik karirnya.  Hmm… ujung-ujungnya Anda jadi nggak punya kemampuan apa pun.

Keempat, seperti yang Anda katakan. Kalau Anda membiarkan boss itu, apalagi dia telah utarakan perasaannya, maka Anda jadi “pelakor” dalam rumah tangga orang. Ini sebutan yang nggak sedap. Jadi sebisa mungkin, baiknya diantisipasi agar nggak keterusan, sejak dari awal.

Terus, Bagaimana Menyikapi Situasi Ini?

Pertama. Ada boss yang bisa pengertian. Katakanlah ketika dia mengutarakan perasaannya. Anda katakan bahwa, “Saya tidak mau menyakiti hati istri Bapak dan tidak mau juga dibegitukan oleh suami saya kelak. Jadi kita harus profesional”. Ada pimpinan yang bisa memahami. Dan tiap kali dia mendekat, gunakan jurus ini. Kadangkala, ada boss yang menghentikan usahanya setelah kita tegas menolaknya berkali-kali. Tapi, ada yang gigih, karena kepribadian boss macam-macam. Maka, persisten prinsip Anda juga harus tetap kuat. Meskipun risikonya tetap ada. Mulai dari dibenci hingga paling buruk, Anda nggak diterima.

Kedua, coba-cobalah mengulur waktu. Jadi tetap tidak pernah mau diajak berduaan saja untuk urusan non pekerjaan. Selalu kasih alasan soal keinginanmu buat profesional, setiap kali ia mulai bersikap aneh. Ini sebenarnya mengulur-ulur waktu saja sampai Anda masuk atau lama-lama mungkin dia akan stop ganggu Anda.

Oya, tahu nggak? Sebenarnya, ketika boss bersikap demikian, ini menunjukkan tempat kerja ini tempat yang sebenarnya nggak terlalu profesional. Bayangkanlah kalau Anda yang baru kerja awal dibegitukan. Berapa banyak “korban” sebelumnya. Dan jangan sekali-kali berpikir ketika Anda masuk dan meladeninya lantas Anda akan diperlakukan sebagai “Tuan Putri”. Ketika ia bosan dengan Anda, Anda berpotensi dicampakkan. Makanya, sebaiknya sejak awal tidak usah terlalu diladeni.

Dan saya menyarankan, skenario terburuk juga mesti dipersiapkan. Bersiap-bersiaplah buat cari kerja di tempat lain yang lebih profesional. Mungkin sambil tetap bekerja di sana, Anda mencoba mencari peluang di tempat lain. Gunakanlah network Anda. Beritahu teman, kawan dan sabahat kenalan soal upaya Anda cari kerja. Percayalah perusahaan yang profesional, tidak akan menuntut Anda sampai harus melakukan pengorbanan seperti ini.

Dan satu hal terakhir, belum tentu kok tidak ada peluang kerja di tempat lain. Meski pandemi, masih banyak yang buka lowongan kerja. Mungkin mencari peluang kerja saat ini tidak semudah saat sebelum pandemi, tapi di mana-mana lowongan masih terbuka, kok. Jangan sampai hanya karena ketakutan tak dapat kerja, akhirnya justru membawa dirimu masuk dalam jurang permasalahan lain, yang sudah jelas di depan mata.

Semoga Anda bisa menyikapinya dengan gigih pada prinsip, tapi juga bijaksana.

Anthony Dio Martin dan buku-buku karyanya.

Salam hangat,

Anthony Dii Martin, trainer, inspirator, Managing Director HR Excellency & Miniworkshopseries Indonesia, penulis buku-buku bestseller, executive coach,  host di radio bisnis SmartFM, dan penulis di berbagai harian nasional. Website: www.anthonydiomartin.com dan FB: anthonydiomartinhrexcellency dan IG: anthonydiomartin.

Related Post

Leave a Reply