Tue. Oct 15th, 2024
Menegur dengan hati dan hati-hati

Oleh Pater Kimy R. Ndelo, Provinsial Redemptoris, Provinsi Indonesia

Pater Kimy Ndelo, CSsR

Seorang wanita pemilik restoran berbicara kepada seorang pastor. Kebetulan wanita ini menyebut dirinya tidak beragama.

“Maaf pastor, sejauh yang saya kenal, kebanyakan orang yang melakukan perbuatan jahat justru adalah orang-orang beriman kristiani,” katanya kepada pastor itu.

Pastor menjawab, “Sayang sekali itu benar adanya. Ada orang beriman melakukan kejahatan seperti halnya ada orang tak beriman yang melakukan kejahatan juga”.

Wanita itu tidak puas. Dia melanjutkan, “Bukankah seharusnya orang kristiani menjadi orang yang spesial”. Pastor berkata dengan sedih, “Ya, mereka seharusnya demikian.”

Yesus berkata, “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata” (Mat 18,15).

Menjadi pengikut Yesus tidak berarti bebas dari kesalahan. Sekalipun menjadi orang yang spesial. Karena itu Yesus menegaskan kewajiban seorang kristiani bukan saja melakukan kebaikan, tetapi juga membantu saudaranya melakukan kebaikan. Jika seseorang didapati melakukan kejahatan, maka wajib hukumnya untuk ditegur.

Correctio fraterna atau menegur dengan semangat persaudaraan hanya bisa dilakukan jika dilandasi empat hal ini:

Pertama, pandangan supranatural. Sebuah usaha mengoreksi seorang saudara yang bersalah didasari oleh keyakinan bahwa Allah menginginkan hal ini untuk kebaikan saudara kita ini. Dan bukan hanya dia. Efeknya juga akan dirasakan oleh orang yang menjadi korban perbuatannya. Sebuah teguran, entah halus atau keras, dilakukan juga dalam naungan Roh Kudus.

Kedua, kerendahan hati. Setiap orang yang menegur orang lain yang bersalah hendaknya juga memiliki keyakinan bahwa dia pun bisa salah dan bisa melakukan kesalahan yang sama dengan orang yang ditegurnya. Tidak ada orang yang sempurna. Meski demikian, Allah menghendaki kita saling menolong.

Ketiga, dengan hati dan secara hati-hati. Setiap teguran hendaknya dilakukan dengan menggunakan cara atau bahasa selembut mungkin. Diusahakan sedapat mungkin untuk tidak melukai. Jika tidak, maka yang terjadi adalah penolakan bahkan kebencian.

Keempat, atas dasar cinta. Sebuah teguran diberikan karena cinta kepada yang ditegur. Motifnya adalah untuk kebaikan saudara, bukan untuk keuntungan yang menegur.

Dengan cara inilah kita menunjukkan siapa diri kita. Kita adalah saudara bagi orang lain. Kita adalah penjaga bagi orang lain. Kita adalah garam dan terang bagi orang lain.

Penginjil Matius dalam Matius 5:16 menulis, “Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”.

Orang yang mengasihi saudaranya tidak membiarkan dia berbuat salah. Orang yang mengasihi saudara akan melakukan apa pun untuk menghindarkan dia dari perbuatan jahat.

“Hal yang dibutuhkan oleh setan supaya berhasil ialah membuat orang baik tetap diam” (Edmund Burke)

Renungan ini ditulis di Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris, Weetebula Sumba (tanpa Wa).

Related Post

Leave a Reply