Tue. Oct 15th, 2024

Romo Tom Jacobs Gebrak Meja, Romo Subroto Keringat Dingin

Romo Subroto SJ

Suatu akhir September 2020, di tengah terik matahari Kota Jakarta, Romo Florentinus Subroto SJ atau Romo Broto meminta saya untuk mampir ke Pastoran Gereja Santa atau Gereja Blok Q, Jakarta.

Imam asal, Pengasih, Kulonprogo itu ternyata mau meminta saya mengerjakan “Mini Biografinya” menjelang Pesta Emas Imamatnya Bersama dua rekan imamnya, yakni Romo Alex Dirdjo dan Romo James.

Dalam obrolan singkat siang itu, Romo Broto teringat kisah uniknya bersama Romo Tom Jacob SJ. Ungkapnya, salah satu syarat yang harus terpenuhi agar seorang frater ditahbiskan menjadi imam, sang frater harus lulus ujian ad adiendas, yakni ujian melayani Sakramen Tobat.

Ternyata Fr. Subroto bersama seorang temannya tidak lulu. Lalu? Puji Tuhan! Dikasih kesempatan untuk mengulang dua minggu kemudian.

Sebelum ujian kedua, Fr. Broto bertanya kepada dua pengujinya soal penyebab ketidaklulusannya pada ujian pertama. Ternyata, Fr. Broto dinilai kurang peka terhadap masalah keadilan dan kurang dapat membedakan antara “ruang tempat pengakuan” dan “ruang tempat konseling”.

VikJen Keuskupan saat itu, yakni Romo Carri SJ yang datang menguji pada ujian audiendas kedua. Romo Carri “pura-pura” bertindak sebagai penitent yang mengakukan dosa. Saat itulah Romo penguji ini menilai. Tidak lama setelah Fr. Broto mendengarkan pengakuan dan memberi konseling singkat, Romo Carri berdiri dari duduknya dan menyuruh Broto pergi, dengan nada setengah mengusir.

Ternyata Romo Carri ngeprank. Tidak lama kemudian, dia katakan bahwa Fr. Broto lulus dan tak perlu meneruskan ujian sampai 15 menit. Plong!

Yang mengesankan ketika ujian lisan Kitab Suci dengan Pater Tom Jacobs. Pater Tom mengajukan pertanyaan. Sebelum pertanyaannya selesai, Broto langsung menyambar dengan jawaban yang tuntas.

Tiba-tiba Romo Tom menggebrak meja dengan dua tangannya dan berkata, “Akhirnya ada yang belajar!” Gebrakan itu membuat Broto kaget, keringat dingin, pikirannya buyar dan tidak bisa fokus lagi.

Akibatnya, dalam menjawab pertanyaan selanjutnya, meski bisa memberikan jawaban yang dimaui, tapi Broto tergagap-gagap. Tiba-tiba Romo Tom bangun membuka pintu keluar. Lagi-lagi terkena prank. Romo Tom bukan mau pergi tapi untuk menikmati snack di ruang rekresi para romo yang terpisah dari ruang rekreasi para frater di Kolsani, maklum sudah jam snack. Broto pun dinyatakan lulus.

Tahbisan Diakon atas Fr Broto yang segera menyusul, diselenggarakan di Gereja St. Antonius Kota Baru pada 15 Agustus 1970, pada pesta Bunda Maria Diangkat ke Surga. RIP, Romo Broto (22/6/24).  (E. Dapa Loka)

 

Related Post