Sat. Jul 27th, 2024
Angel Damayanti

Angel Damayanti, Wakil Ketua Umum Persekutuan Intelegensia Sinar Kasih (Piska)

TEMPUSDEI.ID (14/12/21)-Ledakan bom di sejumlah gereja di Indonesia sejak Malam Natal tahun 2000 hingga yang terakhir terjadi di Gereja Katedral Makassar pada Maret 2021 lalu mengingatkan kita bahwa gereja dan umat Kristen masih djadikan target serangan aksi terorisme. Bahkan, banyak dari serangan tersebut dilakukan pada hari raya keagamaan, termasuk pada saat Natal dan Paskah.

Pandemi Covid-19 ternyata tidak menghentikan jaringan terorisme dari aksi dan serangannya. Ketika pemerintah dan seluruh aparat keamanan fokus mengatasi pandemi, jaringan terorisme dan pendukungnya justru memanfaatkan kesempatan dan terus bergerak merencanakan aksi mereka. Tercatat sedikitnya empat serangan terorisme terjadi sejak tahun 2020 hingga menjelang akhir tahun 2021.

Pemerintah melalui Densus 88 atau pasukan gabungan telah berhasil menangkap ribuan orang terduga teroris atau yang terlibat dalam aksi terorisme, serta membekukan rekening jaringan mereka. Namun, terorisme masih menjadi ancaman nyata di negara ini, bersamaan dengan masalah-masalah ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan lainnya.

Yang lebih menyedihkan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan bahwa sekitar 60% aksi teror dilakukan oleh mereka yang berusia 17-30 tahun, atau yang masuk dalam kategori generasi milenial dan generasi Z.

Bagaimana kita, sebagai umat Kristen, hari ini menyikapinya? Melawan terorisme dengan melakukan aksi kekerasan balasan tentu bukan tindakan bijak. Meskipun gejala Islamofobia mulai muncul di kalangan umat Kristen, tetapi membalas dengan kekerasan serupa tidak pernah menjadi pilihan. Yesus Kristus sendiri tidak pernah mengajarkan murid-murid-Nya untuk menggunakan tindak kekerasan dalam menghadapi sejumlah permasalahan sosial dan orang-orang di sekitar yang memusuhi-Nya.

Itu sebabnya, PGI dan KWI sepakat untuk meneladani “Cinta Kasih Kristus yang Menggerakan Persaudaraan” dan menjadikannya pesan dan tema Natal 2021 ini. Dengan tema ini, umat Kristen diajak untuk menunjukan kasih persaudaraan secara nyata kepada lingkungan di sekitar mereka.

Ketika umat Kristen lebih peduli terhadap kemiskinan, ketidakadilan, kekerasan, dan masalah-masalah sosial lainnya, lalu mengambil aksi nyata untuk menjadi solusi bagi persoalan-persoalan tersebut, sesungguhnya mereka bisa mencegah munculnya para teroris baru. Ketika para pengikut Kristus terus menyebarkan semangat perdamaian dan kasih persaudaraan, kebencian dan aksi teror atas nama agama bisa dicegah.

Itu sebabnya, mengikuti pesan Natal 2021 ini, seluruh umat Kristen di Indonesia perlu terus melakukan perbuatan kasih secara nyata bagi masyarakat di sekitar mereka dengan berbagai cara sesuai panggilan masing-masing.

Dengan demikian, orang Kristen turut berkontribusi menciptakan Indonesia yang aman, damai dan bebas dari aksi terorisme berbasis agama.

Related Post