Sat. Jul 27th, 2024
Pelatihan Dasar Jurnalistik, dasar-dasar jurnalistik

TEMPUSDEI.ID (17/11/21) – Untuk membekali mahasiswanya dengan keterampilan menulis, Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik STKIP Weetebula, Sumba, NTT mengadakan pelatihan dasar jurnalistik bagi mahasiswa pada 12 dan 13 November 2021. Sebanyak 86 lintas program studi mengikuti pelatihan ini.

Emanuel Dapa Loka, seorang wartawan dan penulis biografi didatangkan dari Jakarta untuk memberikan pelatihan selama dua itu.

Eman, demikian sapaan wartawan kelahiran Sumba ini, dengan lugas mengatakan bahwa siapa pun bisa menjadi wartawan, yang penting mau belajar dan berusaha. “Yang sudah menjadi wartawan itu bukan manusia super. Mereka hanyalah manusia biasa seperti kalian yang mau belajar, berjuang. Kalian pun bisa,” ungkapnya memberi motivasi.

Baca Juga: 

Dari Belanda Pun Ikut Pelatihan Jurnalistik PERWAMKI – STT LETS

Selain berbagi pengalaman dalam menjalankan pekerjaannya menjadi wartawan, Eman juga berbagi ilmu praktis untuk mulai menjadi reporter.

Siapa pun bisa

Di mana-mana, katanya, pelatihan ilmu dasar jurnalistik sama. Eman menganjurkan para peserta untuk memelajari hal-hal praktis itu dan segera memraktikkannya. “Jika tidak segera dipraktikkan, akan hilang dengan sendirinya,” katanya singkat.

Jika orang yang belajar menjadi reporter berusaha menjawab unsur-unsur penting dalam sebuah berita dengan baik dan jujur menggunakan rangkaian kalimat yang benar, yang bersangkutan sedang memulai usaha menjadi wartawan. “Tentu saja bukan hanya hal itu yang diperlukan untuk menjadi wartawan. Ada ilmunya kalau mau. Selain itu, banyak aturan yang harus diperhatikan dan dipatuhi,” jelasnya lagi.

Unsur berita yang dia maksudkan adalah 5 W dan 1H (what, where, when, why, who dan how). Dalam sebuah berita, tambahnya unsur-unsur tersebut harus ada. Jika belum ada, berita belum lengkap.

Para peserta pelatihan jurnalistik di STKIP Weetebula

Penulis buku Orang-orang Hebat dari Mata kaki ke Mata Hati ini mengingatkan juga bahwa seorang calon reporter harus banyak membaca. “Membaca, menulis dan berpikir adalah saudara kembar siap,” ujarnya.

 “Apa pun yang ditulis, harus berdasarkan fakta. Jangan karang-karang. Kalau tulis tentang orang, kita hanya memindahkan informasi yang kita kumpulkan melalui wawancara dan dari sumber lain dengan gaya penulisan yang memikat agar dibaca orang,” ungkapnya mengingatkan.

Pembukaan kegiatan tersebut dihadiri oleh Ketua Yayasan Pendidikan Nusa Cendana (Romo Marsel Pingge Lamunde, Pr), Wakil Ketua III (Romo Kanisius Kami, M. Pd) yang mewakili Ketua STKIP Weetebula, Ketua Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik (Romo Mikael Sene, M. Pd).

Ketika memberikan kata sambutan, Romo Marcel mengimbau agar para mahasiswa dapat mengikuti pelatihan jurnalistik tersebut dengan cermat. “Mustahil berhasil jika kita tidak serius,” katanya.

Sebelum memberikan sambutan, Romo Marcel mengingatkan kepada Ketua Program Studi untuk mengadakan pelatihan sejenis secara berkelanjutan pada saat-saat mendatang.

Yang menarik, para peserta mengikuti pelatihan ini dengan serius dan mengerjakan tugas latihan yang diberikan dengan serius juga. “Tidak ada mahasiswa yang tinggalkan ruangan. Biasanya ada yang keluar masuk kalau ada kegiatan,” kata Yanto Umbu, Sekretaris Prodi Agama Katolik. (Lusia Gheda Karere, Peserta pelatihan jurnalistik)

Related Post

Leave a Reply