KEPADA BHAYANGKARA SEJATI
I
Kau terus tumbuh bersama waktu
menjadi bagai pohon tinggi menjulang
kokoh pada badai dan taufan
walau seringkali ada kemarau
dan luka kemarahan menyesahmu
II
Di negeri yang kau abdi ini
musim terus silih berganti
seperti benteng batu karang
engkau harus semakin kokoh
meski tetes darahmu menjadi taruhan
III
Seperti gunung yang menjulang tinggi
menawar panorama indah memesona
kau harus selalu menebar senyum
di tengah angkara murka kemarahan
berjuta mulut yang tak bersahabat
IV
Di tanah garapan Nusantara ini
engkau dibutuhkan setiap waktu
seperti pohon berbuah ranum
kau harus semakin merindang
menjadi tempat indah untuk berteduh
V
Hari ini sejarah telah menulis
tentang engkau yang terus tumbuh
menjadi kekuatan …
HARGA SETETES DARAH
Setetes darah kau pertaruhkan
di tengah gemuruh kata cacian
umpatan melukai nuranimu
kau tampung di telapak tanganmu
untuk mahar pada bangsa
Jutaan kepala menyusur jalanan
dengan badik dan pedang di tangannya
sorakan perlawanan mengumpatmu
kau bagai benteng bukit karang
bertaruh nyawa tanpa gemetar
Panggilanmu tulus bagi Pertiwi
berdiri di garis terdepan
kilatan anak panah melesat dari busur
siap menembus jiwamu
langkahmu tak bisa surut lagi
Di medan tugas engkau berserah
karena cinta pada Ibu Pertiwi
dan pada setiap amarah jalanan
darahmu menjadi minuman
bagi yang haus kemanusiaan
Hari ini ada bait-bait doa
yang telah kusemat di langit
sebagai tanda cinta dan penghargaan
sebab setetes darahmu
menumbuhkan cinta pada ibu Pertiwi
Denpasar, 01.07.2021
Agust G. Thuru, Penyair tinggal di Bali