Wed. Oct 16th, 2024

Puisi Solilokui Padma Romo Mudji Sutrisno SJ

Romo Mudji Sutrisno SJ

TEMPUSDEI.ID (23 APRIL 2021)

Sketsa Padma karya Romo Mudji Sutrisno SJ

SOLILOKUI PADMA
Oleh Mudji Sutrisno SJ
Februari 2021

Pagi ini kulihat
padma di taman berbunga
padma putih
di belakang padma-padma merah
di taman College Canisius

Kuambil kamera hpku
kupotret cekrak-cekrik tiga kali
dua bagus fokus,
satu melenceng ke kanan.

Aku ke atas ke kamar
kuambil kertas
kugambar teratai itu
di atas kertas
dalam sketsa hitam putih
pakai konte pensil.

Kutajamkan garis-garisnya
hingga jelas beda
sketsa padma dan daun-daun
sekitar pot besar berair itu.

Beda muncul karena putih padma
menyembul di tengah
kotor kumuh kolam.
Menyembul putih
mekar di tengah comberan hitam.

Lalu kutulis:
semoga putih lambang harapan
muncul di tengah
comberan gelap putus harapan

Semoga asa menyembul
di tengah duka hidup
menurut wejangan budhis

Semoga asa sebagai sikap,
menang atas kekalahan
menyerah memaki lelah,
mengeluh kesah.

Tiba–tiba menyeruak
tanya di budi,
mengapa padma jadi lambang
teratasinya nestapa?
Mengapa Bung Karno
selalu menaruh padma-padma di karya arsitekturnya
seperti tugu Monas?
Mengapa banyak putra-i
keluarga diberi nama padma?

Kuduga dalam hati,
ini endapan memori kolektif
banyak karena religiositas
Hindu lalu Budha
Ini bawah sadar
yang terus mau sadar
saat orang berguman

Wahai padma, mengapa dari kekumuhan
engkau bahkan tumbuh subur?
Kurenung sejeda hening,
menangkap maknamu padma
agar tidak lari kami
dari duka atau kekotoran kanan kiri.

Mengapa?
untuk meniru fungsimu padma
di semesta ini
menjadi harapan
yang mekar di tengah
duka dan susah.

Kuamati bandingan
sketsaku dan padma nyata!
Sambil menatap belajar paham,
tiba-tiba heran menyergapku.
Kau meringkus menutup
helai bungamu
saat hujan turun.
Makin lebat kau
tutup jendela-jendela mekarmu
di curah lebat air menimpamu.

Aneh! Saat matahari
muncul setelah
hujan di bulan Februari 2021 ini,
padmaku mekar lagi.
Aneh! Kugagal paham
karena lupa matahari
memang cahaya hidup
menyinari bumi
Jadi, aku belajar
membuat kalimat simpul.

Semesta mengajariku:
matahari membuatmu
mekar padmaku!
Sedang hujan, kau tutup jendela dan
pintu kelopakmu
untuk membiarkan air
membasahimu
dan mengalir di baju-baju hijaumu
sementara sabar kau tunggu
matahari hidup bercahaya kembali.

Seketika aku ingat
lagu syukur buat guru-guru
di hari guru
ucapan terima kasih
untuk guru-guru yang
mendidik, mengajari baca tulis
dan mengetahui kenyataan.
Terima kasih bapak ibu guru,
tanpa kalian kami
tak bisa seperti ini!

Eh, matahari
sehabis hujan muncul lagi,
spontan kunyanyi lagunya:

Pagiku cerahku,
matahari bersinar,
kugendong tas merahku
di pundak
selamat pagi semua
kunantikan dirimu
di depan kelasmu
menantikan kami.
Guruku tercinta,
tanpamu apa jadinya aku
tak bisa baca tulis
mengerti banyak hal
guruku terima kasihku.

Tanpamu tak bisa
kugambar padma dalam sketsa.
Berkat guru-guru,
kubisa cerita padma ini
dengan renung makna yang
mengajari kami laku hidup
untuk tetap asa dalam duka,
untuk tetap hidup merawat
harapan di susah nestapa semesta ini.

Related Post

2 thoughts on “Puisi Solilokui Padma Romo Mudji Sutrisno SJ”

Leave a Reply