Wed. Oct 16th, 2024

Tokoh Komunis pun Tercengang Kuasa Kebangkitan

Pater Kimy Ndelo, CSsR

TEMPUSDEI.ID (4 MARET 2021)

Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris

Nikolai Ivanovich Bukharin adalah seorang tokoh komunis Rusia yang paling terkenal dan berkuasa. Dia ikut memimpin revolusi Bolshevik pada tahun 1917. Revolusi itulah yang menegaskan Uni Sovyet sebagai negara komunis. Dia juga memimpin majalah Pravda, corong propaganda partai komunis. Dia anggota politbiro.

Tahun 1930 dia berangkat dari Moskow menuju Kiev, Ukraina, untuk konsolidasi partai komunis. Dalam rapat raksasa dia mulai berbicara tentang Ateisme dan menghina agama Kristen. Setelah selesai segala macam argumentasi dan caci makinya, dia memberi kesempatan pendengar untuk menyanggah argumennya. Lama tak ada respon. Tiba-tiba seorang pria maju ke podium, mengambil mic dan berteriak: Yesus bangkit! Spontan seluruh peserta pun berseru bersama-sama: Ya, Yesus bangkit!! Yesus bangkit!! Seruan itu bergema tak henti-hentinya seperti menghipnotis seluruh peserta rapat.

Diam-diam Nikolai pun pergi meninggalkan rapat. Dia baru sadar bahwa iman akan Yesus yang bangkit begitu real dan hidup dalam diri orang-orang Katolik Ortodox yang telah lama dikenalnya.

T. Wrigth, seorang ahli Kitab Suci Psrjanjian Baru sekaligus Uskup Anglikan mengatakan, jika Kristus tidak dibangkitkan maka Agama Kristen tidak akan pernah bertahan hidup sebagai gerakan Mesianis. Satu-satunya alasan bagi orang Yahudi untuk tidak percaya kebangkitan Yesus adalah bahwa Dia mati di tangan orang Yahudi.

Tetapi satu-satunya alasan mengapa Agama Kristen bertahan adalah bahwa Dia yang disalibkan dan mati serta dimakamkan, sungguh-sungguh hidup. Kenyataan bahwa kekristenan bisa hidup terus sampai saat ini menjadi bukti kebangkitan Kristus. Bahwa kita yang percaya terus ada sampai sekarang menjadi penegasan bahwa Kristus hidup.

Dalam hidup nyata kita, Paskah berarti mengalami kuasa Yesus yang mengubah sebuah tragedi besar dalam hidup kita menjadi awal baru penuh kemuliaan.

Kita bisa melihat hal ini dalam diri para rasul. Sebelum tragedi Jumat Agung, Yesus adalah seorang memberi makna pada hidup mereka. Para rasul telah mempercayakan hidup mereka kepada Yesus. Mereka meletakkan mimpi-mimpi mereka pada Yesus. Mereka menggantungkan seluruh harapan mereka pada Yesus.

Kemudian datanglah Jumat Agung. Semua keyakinan, semua mimpi, semua harapan hancur berkeping-keping. Dengan satu tusukan tombak serdadu Romawi, semua keyakinan, mimpi dan harapan, mati bersama Yesus di atas salib. Dengan satu tusukan tombak serdadu Romawi seluruh hidup mereka mati di salib bersama Yesus.

Ketika matahari tenggelam pada Jumat Agung, mereka juga bagaikan ikut dimakamkan bersama Yesus. Semua punah, musnah, habis.

Kemudian terjadilah!! Ketika matahari terbit di Minggu Paskah, Yesus bangkit dan nampak kepada murid-murid-Nya. Dia lebih bersinar dan lebih hidup daripada yang pernah mereka lihat. Dan sejak saat itu, kuasa kebangkitan bekerja dalam diri para murid-Nya.

Para wanita yang kebingungan, para rasul yang awalnya ragu namun makin lama makin yakin sampai akhirnya seluruh hidup mereka diabdikan untuk mewartakan kenyataan ini. Mereka bertransformasi dari orang-orang yang putus asa menjadi misionaris-misionaris yang tangguh.

Rasul Paulus yang awalnya begitu anti dengan ajaran dan para murid Yesus, bertobat menjadi Rasul yang tak tertandingi. Tak terhitung para murid dari zaman ke zaman yang mengabdikan jiwa dan raganya untuk Kristus yang bangkit.

Di mana pun mereka mewartakan kabar gembira ini, kuasa Paskah mulai bekerja dalam diri orang-orang yang mendengar pewartaan mereka seperti dalam hidup mereka sendiri. Kuasa Paskah menjadi mukjizat yang terus hidup sampai saat ini.

Santo Patrik, Rasul Irlandia mengatakan: “Kristus di depanku, Kristus di sampingku, Kristus di dalam diriku, tak terpisahkan”. Kita mempunyai jauh lebih banyak alasan untuk percaya daripada sebaliknya.

“Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya“, demikian kata-kata Yesus.

Selamat Paskah, Saudara dan saudariku. Salam Kebangkitan dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba, NTT.

Related Post

Leave a Reply