Sun. Oct 13th, 2024

Yesus Masuk dalam Pengalaman Manusiawi Kita

Pater Kimy Ndelo, CSsR

Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris

TEMPUSDEI.ID (21 FEBRUARI 2021)

Sebuah dongeng dari Arab berkisah tentang seorang tukang giling yang sedang tidur di dalam kemahnya. Tiba-tiba hidung seekor unta nongol di pintu kemahnya.

“Di luar sangat dingin,” kata unta. “Aku hanya minta izin hidungku di dalam kemah”. Pria itu mengizinkan. Tak lama kemudian kepala unta masuk. Terus seluruh tubuhnya ikut masuk.

Kemah jadi sesak. Tukang giling jadi merasa tidak nyaman berduaan di kemah yang sempit. Dengan cueknya unta itu berkata, “Jika engkau tidak nyaman di dalam, engkau bisa keluar. Aku tetap tinggal di mana aku berada”.

Dari kisah ini benarlah kata-kata Lancelot Andrew. “Berikan satu inci saja kepada setan, maka dia akan mengambil satu meter. Jika dia memasukkan tangannya, maka dalam sekejap seluruh tubuhnya akan nampak”.

Yang namanya godaan setan, biasanya bekerja dengan cara demikian.

Injil Markus 1: 12-14 berbicara tentang godaan setan kepada Yesus. Tiga Injil Sinoptik berkisah tentang hal yang sama.

Surat Ibrani pun menegaskan hal yang serupa. “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15) .

Setelah pembaptisan di Sungai Yordan, Yesus dituntun oleh Roh ke padang gurun dan dicobai di sana selama empat puluh hari. Padang gurun adalah tempat pencobaan atau godaan, dan pada akhirnya sebagai tempat kematian.

Dalam Perjanjian Lama dikisahkan bahwa Musa bersama bangsa Israel melewati pencobaan selama empat puluh tahun di padang gurun. Elia pun berjalan empat puluh hari empat puluh malam untuk sampai ke Gunung Horeb (1 Raj 19,8).

Waktu empat puluh hari berpuasa bagi Yesus merupakan pengulangan pengalaman kedua tokoh Perjanjian Lama ini.

Untuk apa? Supaya Yesus, walaupun Anak Allah, juga bisa merasakan pengalaman umat manusia secara penuh. Godaan dan cara kita menghadapinya merupakan bagian integral dari hidup manusia. Tak satu pun orang yang luput dari godaan dengan aneka cara.

Di sungai Yordan Yesus dibaptis dan sekaligus dikuatkan oleh Roh Kudus. Berbekal “senjata” ini Yesus menghadapi godaan setan. Hasilnya, Dia menang. Dia tak terjebak perangkap setan dengan segala tawarannya.

Godaan atau cobaan bagi orang yang sudah dibaptis dan sudah menerima sakramen penguatan ibarat “uji senjata”. Mereka yang dibaptis dan menerima krisma bagaikan orang yang sudah “divaksin secara rohani”. Setan akan selalu ada, tapi kita sudah diperlengkapi dengan alat pertahanan diri.

Seringkali terjadi, persoalannya bukan pada “senjatanya”, tapi pada pemakainya. Senjatanya bagus tapi yang menggunakan tidak paham. Atau mungkin malah sering meninggalkan dan tidak memakai senjatanya dengan benar.

Masa Pra Paskah adalah masa kita memperbaiki kembali senjata kita dan menggunakannya secara tepat untuk menghadapi godaan setan. Dengan senjata yang mumpuni dan kemampuan terlatih, kita siap menghadapi setiap godaan atau cobaan setan.

“Godaan biasanya datang melalui sebuah pintu yang dengan sengaja dibiarkan terbuka” (Arnold Glasow).

Salam dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba, NTT.

Related Post

Leave a Reply