Sat. Jul 27th, 2024

Memperbarui Perjanjian dengan Tuhan

Pater Remmy Sila, CSsR

Oleh Pater Remmy Sila, CSsR, Superior Misi Samoa, Provinsi Redemptoris Oceania

TEMPUSDEI.ID (21 FEBRUARI 2021)

Hari ini adalah hari Minggu Prapaskah pertama dari masa pertobatan dan pembaruan hidup yang telah kita awali pada hari Rabu Abu yang lalu. Masa Prapaskah memberi kita kesempatan yang istimewa untuk sekali lagi menata kembali hidup beriman kita, menata kembali hubungan kita dengan Tuhan, sesama dan seluruh alam ciptaan. Pada hari Minggu pertama Prapaskah ini, kita diundang secara khusus untuk memperbaharui perjanjian kita dengan Tuhan.

Bacaan pertama dari Kejadian 9: 8-15, mengisahkan kepada kita perjanjian tanpa syarat antara Tuhan dan Nuh yang mewakili umat manusia. Perjanjian ini merupakan perjanjian pembaharuan dan pemulihan. Perjanjian ini ditutup dengan pelangi atau dalam bahasa Kejadian disebut busur sebagai tanda kesetiaan Tuhan. Pelangi tersebut juga merupakan pengingat bahwa Tuhan dapat, dan akan menghakimi dosa (Kej 9: 8-15; 2 Ptr 2: 5).

Satu hal yang menarik tentang perjanjian ini adalah bahwa kita ikut ambil bagian di dalamnya. Hal lain yang menarik juga adalah bahwa bahkan di zaman kita sekarang, kita masih mengalami pelangi yang merupakan tanda nyata dari perjanjian tersebut. Maka setiap kali kita melihat tanda ini, kita hendaknya ingat akan janji Tuhan ini, “Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu8 serta segala makluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup” (Kej 9: 14-15). Dan Tuhan tentu senantiasa setia pada perjanjian-Nya karena Ia adalah Tuhan yang setia.

Berkaitan dengan hal ini, banyak umat yang sering bertanya kepada saya demikian: “Kalau Tuhan sudah berjanji demikian, mengapa bencana banjir masih terus terjadi bahkan semakin sering terjadi dan menelan banyak korban?” Terhadap pertanyaan seperti ini saya selalu menjawab secara sederhana saja bahwa bencana-bencana banjir yang terjadi sekarang dan mungkin akan terus terjadi bukan datang dari Allah tetapi disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Manusia telah menyalahgunakan kepercayaan dari Tuhan untuk mengeloalah bumi dan segala isinya sebagai sumber penghidupannya.

Dalam mengelolah bumi dan segala isinya, manusia telah merusak tatanan dan keseimbangan yang telah diciptakan oleh Allah sejak awal penciptaan. Manusia telah bertindak diluar rencana dan kehendak Allah. Banyak mata rantai kehidupan yang terkait dan saling mendukung telah diputus oleh kerakusan manusia dalam mengeksploitasi bumi. Dalam hal ini manusia tidak setia kepada Tuhan dan perjanjian-Nya. Karena itu, pada masa Prapaskah ini, Tuhan menawarkan kita kesempatan baru untuk memperbaharui perjanjian kita dengan Dia melalui Yesus Kristus, Putera-Nya yang terkasih.

Dalam bacaan kedua dari 1 Petrus 3: 18-22, Santo Petrus mengingatkan kita tentang Perjanjian Baru Allah dengan kita melalui Yesus, Putera tunggal-Nya. Yesus orang benar, yang tidak mengenal dosa telah mati sekali kita orang-orang berdosa dan untuk membawa  kita kembali kepada Allah. Dengan kata lain, Kristus memperbarui dan memperkuat perjanjian Allah dengan kita dengan darah-Nya sendiri yang kudus. Yesus melakukan hal ini dengan membuka mata air baptisan dari lambung-Nya yang ditembusi tombak yang melaluinya kita dimurnikan dan dipulihkan kepada Allah Bapa-Nya dan Bapa kita.

Ini adalah pembaruan perjanjian dari pihak Tuhan. Karena itu, kita semua di baptis dalam nama Yesus Kristus yang telah mengambil bagian dalam Perjanjian Baru ini. Setiap tahun, Gereja, sang mempelai Kristus memberi kita kesempatan baru melalui masa Prapaskah untuk merenungkan perjanjian ini. Dia juga memberi kita kesempatan untuk memperbaharui komitmen kita terhadapnya. Karena itu, Santo Paulus mengingatkan kita bahwa: “Sekaranglah waktu yang menyenangkan; hari keselamatan” (2 Kor 6: 2).

Sedangkan Injil Markus 1: 12-15 mengingatkan kita bahwa sebagaimana Kristus diuji, demikian juga kita semua akan diuji. Setiap hari dalam hidup kita, iblis senantiasa menggoda kita dan dia akan terus melakukannya sepanjang hidup kita. Hidup kita sebagai pengikut Yesus tidak pernah akan luput dari cobaan iblis. Namun kenyataan ini tidak boleh membuat kita berkecil hati dan takut karena Roh Kudus yang telah menguatkan Yesus, akan menguatkan kita juga.

Untuk memperbaharui perjanjian kita dengan Allah Bapa kita, sebagaimana telah diteladankan oleh Yesus, kita harus bertahan dalam doa, puasa dan pantang. Kita hendaknya memohon Tuhan untuk memberikan kekuatan kepada kita untuk bertahan sampai akhir ujian kita sendiri sebagaimana dilakukan oleh Yesus. Kita juga harus memohon Roh Kudus untuk memenuhi kita dengan kerendahan hati, keberanian, dan kesabaran pada masa pertobatan dan pembaharuan hidup ini.

Oleh karena itu, marilah kita dengan tulus memanfaatkan masa Prapaskah ini, masa yang penuh rahmat ini untuk memohon pengampunan kepada Tuhan atas segala ketidaksetiaan kita pada Perjanjian kita dengan-Nya. Dan kita akan memahkotai pembaharuan perjanjian dengan Allah pada Malam Paskah dalam acara pembaharuan janji baptis. Melalui masa pertobatan selama 40 hari ini diharapkan bahwa acara pembaharuan janji baptis pada malam Paskah nanti tidak sekadar menjadi sebuah ritus rutin setiap tahun tetapi menjadi moment pembaharuan hidup beriman kita untuk setia kepada Tuhan dan kehendak-Nya secara radikal bukan hanya dalam kata-kata tetapi nyata dalam tindakan konkrit hidup kita setiap hari. “Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya” (Mzm 25: 10).

Selamat Hari Minggu Praskah I. Tuhan memberkati.

 

Related Post

Leave a Reply