Fri. Dec 6th, 2024

Tambah Lagi, Sudah 141 Gereja di Pedalaman yang Greg Bangun dengan Modal “Trust”

Greg bersama umat di Sumba, NTT

TEMPUSDEI.ID (9 Februari 2021)

Greg bersama Uskup Pius Datubara, OFM Cap

Beberapa bulan lalu TEMPUSDEI.ID memberitakan bahwa Greg Tan bersama tim yang semuanya orang muda telah berhasil membangun 137 buah bangunan gereja permanen di seluruh Indonesia dengan catatan beberapa sedang proses finihsing. Pada 9/2, TEMPUSDEI.ID kembali mengontak Greg. Dia menginformasikan bahwa gereja yang siap diresmikan sudah bertambah lagi. “Ada beberapa yang sudah selesai, tapi belum diresmikan karena masih pandemi,” jelasnya. “Sampai saat ini, gereja yang kita bantu ada 141 buah, ada yang sedang dalam pembangunan dan ada yang sedang finishing,” tambahnya lagi.

Beberapa gereja yang sedang dalam tahap finishing dan akan segera diresmikan antara lain adalah Gereja Santo Karolus Ujung Deleng (Keuskupan Agung Medan), Gereja Santo Agustinus  Tadula  Padua (Keuskupan Weetebula) dan Gereja Santa Monica Kamalawatar, juga di Keuskupan Weetebula.

Gereja Santa Maria Boro di Keuskupan Sanggau yang perlu dibantu. (Foto: Greg)

Jelas Greg, gereja yang saat ini sungguh masih membutuhkan bantuan dana adalah Gereja Santa Maria Boro, di Keuskupan Sanggau. Umat di sini adalah sangat sederhana dengan penghasilan yang kecil. “Jika ada yang mau dan bisa membantu, bantulah mereka ini,” ajak Greg.

Butuh Dana Besar

Greg, pria asal Kemayoran, Jakarta ini menjelaskan bahwa untuk membangun gereja-gereja tersebut dibutuhkan dana yang sangat besar. Dia bersyukur sangat banyak orang yang memercayakan uang mereka kepadanya untuk membangun gereja bagi Umat yang membutuhkan.

 Lebih kanjut kata Greg, ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan bantuan. “Kondisi gereja masih darurat atau belum punya gereja atau belum permanen, lokasinya di pedalaman atau pelosok, bukan di kota. Gereja juga memenuhi semua kelengkapan berkas, terutama dari sisi legalitas supaya tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Setelah proposal lengkap diterima, maka akan dilakukan verifikasi dan survei ke lokasi, setelah disetujui baru masuk proses fundraising,” jelas Greg.

Lantas, dari mana Greg mendapatkan uang untuk membangun gereja? “Ya, dari para donator yang murah hati dan yang percaya pada kami. Karena dipercaya, kami pegang betul kepercayaan itu. Ada juga yang masih ragu-ragu, tapi setelah mereka melihat bukti yang tidak main-main dilengkapi dengan lapran yang transparan, mereka dengan gembira mempercayakan uang mereka,” jelas pria lajang ini lagi.

Menangis Dalam Hati

Banyak orang bertanya, bagaimana orang muda ini memulai karya yang tidak biasa ini. Semuanya berawal dari Sorkam, Sumatera Utara pada belasan tahun lalu. Saat itu,  Greg menghadiri tahbisan seorang imam di Medan. Setelah tahbisan tersebut, dia menyertai sang imam baru ke stasi Sorkam, di Tapanuli Tengah, daerah pantai barat Sumatera. Untuk sampai ke stasi ini, biasanya Pastor membutuhkan waktu berjam-jam karena jauh dan jalannya rusak. Umat di tempat ini terbilang miskin sehingga kapel mereka sangat sederhana, terbuat dari bahan bangunan yang diambil dari alam sekitar. “Dalam hati saya menangis melihat kondisi yang sangat tidak biasa ini. Saya rasa Tuhan membukakan mata saya untuk melihat kenyataan umat di tempat lain,” ujar anak kedua dari dua bersaudara ini.

Dari “pengalaman Sorkam” yang mencengangkan tersebut, Greg mulai berpikir untuk berbuat sesuatu bagi kapel di Sorkam dan gereja-gereja lain. Dia pun memosting foto-foto dari Sorkam dan foto-foto dari daerah lain yang merekam kondisi ril umat di dinding face book-nya. Ternyata, banyak temannya yang menaruh simpati dan menanyakan cara membantu.

Greg melihat kesungguhan teman-temannya untuk membantu. Setiap orang yang menyatakan rasa simpatinya ia kontak secara pribadi, memberi penjelasan yang jauh lebih lengkap dari sekadar informasi di FB. Kemudian, antara Greg dan teman-teman tersebut terjalin persahabatan melebihi pertemanan yang terbangun melalui FB. Dan ternyata, niat mereka untuk membantu sangat besar. “Kami merawat kepercayaan itu dengan bukti. Orang muda harus bisa dipercaya,” kata Greg lagi.

Sekarang kepercayaan itu telah menghasilkan buah berlimpah. Umat di 141 tempat telah dan akan merasakan ibadah yang nyaman di gedung permanen. Ke depan, Greg pun tetap ingin membantu umat di banyak tempat. “Rasanya makin banyak umat yang perlu dibantu. Kalau makin banyak yang membantu, maka akan makin banyak umat kita yang bisa dibantu. Kalau kita pergi ke pedalaman, makin terasa saudara-saudari kita itu perlu dibantu,” pungkas alumni Fakultas Hukum UI ini.

BACA JUGA: https://www.tempusdei.id/2020/11/3057/wow-anak-muda-ini-sudah-bangun-137-buah-gereja-di-seluruh-indonesia.php

Jika para Pembaca TEMPUSDEI.ID ingin mendukung karya Greg dan kawan-kawan, silakan salurkan melalui: RENENING BANK MANDIRI 1230007536594 atas nama Yayasan Vinea Dei dan REKENING BCA 2761636393 atas nama Yayasan Vinea Dei. Kunjungi juga jalakasih.com untuk mendapatkan banyak informasi terkini.

EMANUEL DAPA LOKA

Related Post

One thought on “Tambah Lagi, Sudah 141 Gereja di Pedalaman yang Greg Bangun dengan Modal “Trust””
  1. Saya Sangat Apresiasi dengan semangat yg luar biasa.muda mudahan ada waktu kosong juga beliau bisa turun di pulau sumba dan terutama di kabupaten Sumba barat Daya-NTT.karena masi ada gereja yg pembangunannya sangat primitif.oleh karena pembangunan swadaya.untk informasi kondisi Gereja di sumba selanjutnya hubungi saya Agustinus, contat WA.081239434249

Leave a Reply