Sat. Jul 27th, 2024
Eleine Magdalena

Eleine Magdalena, Penulis buku-buku best seller

TEMPUSDEI.ID (18/1/21)

Kadang kita kuat menghadapi anak yang nakal, hantaman bertubi-tubi dari kiri kanan, tetapi kekuatan kita habis-habis. Yakinlah, itu karena kekuatan dari Tuhan.

Ketika kita belum mempunyai hati kepada Tuhan, Ia telah mencari dan memanggil kita. Apalagi sekarang ketika kita sudah menjawab panggilan-Nya, setelah kita menanggapi cinta-Nya, kita sudah mau ke gereja, ikut pendalaman iman, berdoa, membaca Kitab Suci, mengampuni, berbuat baik, tentulah hati kita semakin layak dan berharga bagi-Nya.

Sekarang kita mempunyai sesuatu untuk kita persembahkan, yaitu hati yang dipenuhi cinta dan kerinduan kepada-Nya, kerelaan untuk melakukan kehendak-Nya dan bersatu dengan-Nya sejak di dunia ini. Marilah kita berdandan bagi Tuhan, menyerahkan hati kita untuk dibentuk dan dipercantik oleh Tuhan agar menjadi persembahan yang layak dan menyenangkan hati Tuhan.

Kita sering tidak mengerti alasan Allah berbuat begini atau begitu dalam kehidupan kita. Tetapi kita percaya bahwa Allah mau memberikan kebahagiaan dan keselamatan.

Ia mengajarkan kepada kita tentang diri-Nya. Tuhan ingin kita mengenal dan mengerti diri-Nya. Dengan sentuhan-sentuhan lembut-Nya Ia ingin mengajar kita tentang diri-Nya dan jalan-jalan-Nya.

Tuhan memburu hati kita dengan kelembutan yang diembuskan-Nya dalam hati kita. Dia menghibur ketika kita sedih. Dia selalu ada tatkala kita membutuhkan-Nya. Kadang kita kuat menghadapi anak yang nakal, hantaman bertubi-tubi dari kiri kanan tetapi terkadang kekuatan kita bisa habis. Saat seperti itu tatkala tidak ada yang dapat mengerti, kita dapat datang kepada Tuhan. Ia adalah Tuhan yang peduli pada setiap kebutuhan kita. Ia dapat memberi kita kekuatan. Saat takut, lemah dan putus asa, Tuhan hadir menguatkan. Tuhan yang sama yang telah membebaskan Israel dari Mesir, Tuhan yang sama yang telah memanggil Zakheus turun dari pohon, Tuhan yang sama menyembuhkan wanita yang sakit pendarahan, Tuhan yang sama mengampuni perempuan yang berdosa. Tuhan ini jugalah yang menghibur kita saat ini.

Jika kita merasa kesepian mungkin itu adalah tanda bahwa jiwa kita membutuhkan dan merindukan-Nya. Itu mungkin undangan-Nya yang lembut agar kita datang kepada-Nya. Kita dapat datang dan melimpahkan seluruh isi hati kepada-Nya.

Di saat-saat sendiri di rumah, saya punya kesempatan emas untuk berdiam diri di hadapan Tuhan, membuka hati dan membaca Firman-Nya. Saat anak-anak ke sekolah, suami keluar rumah, adalah saat di mana Tuhan menantiku untuk berdua dengan-Nya.

Masa-masa harus menghabiskan waktu di rumah setelah menikah tanpa karya dan keterlibatan sosial dalam gereja atau masyarakat awalnya adalah masa yang berat untuk saya lewati. Melalui proses panjang dan pertemuan dengan teman-teman yang membawaku pada komunitas hidup Kristiani, saya banyak terbantu untuk mengenal jalan yang di luar pemikiran dan bayangan saya. Saya menyadari bahwa saya masih mencari pengakuan demi pengakuan dalam segala aktivitas di sekolah, gereja, organisasi, dalam pelbagai aktivitas sosial kemanusiaan dan rohani.

Setelah saya menerima panggilan hidup saya sebagai seorang ibu dan istri dalam keluarga, saya tetap berjuang untuk mengatasi ambisi, ketakutan, kegelisahan dan berbagai kekecewaan serta harapan yang terkubur seiring dengan tanggung jawab yang sedang saya hadapi sebagai ibu dan istri. Banyak kali keadaan dan tanggung jawab sebagai ibu dan istri masih menimbulkan penolakan-penolakan dalam diri. Saya merasa tidak berguna dan tidak berarti karena tidak terlibat dalam organisasi besar atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Dalam rasa frustrasi yang mendalam seperti itu tidak ada jalan lain selain lari kepada Tuhan. Hal inilah yang membuat saya mensyukuri segala keadaan pahit dan sulit yang pernah saya hadapi. Saya akhirnya membuka hati untuk sungguh-sungguh datang kepada-Nya, mulai belajar memupuk relasi pribadi dengan Tuhan. Saya banyak berdoa, membaca dan belajar tentang hidup rohani. Saya berdandan bagi Tuhan agar Ia senang berada bersama saya.

Saya makin menyadari bahwa kunci kebahagiaan manusia adalah hidup dalam persatuan cinta dengan Tuhan.

 

Related Post

Leave a Reply