Sat. Jul 27th, 2024

Mafia Human Trafficking di NTT Tak Peduli dengan Ancaman Victor Laiskodat

Gabriel Goa, Direktur PADMA INDONESIA bersama Karo BinOps Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Daniel Hyronimus Bollly Tifaona, SiK, Msi

Ternyata sampai hari ini, jaringan mafia Human Trafficking (HT) di NTT anggap enteng saja ancaman Gubernur NTT, Victor Laiskodat yang akan mematahkan kaki mereka jika masih melakukan HT.

Buktinya, 12 anak asal NTT dan bisa lebih banyak lagi, menjadi korban HT di tengah pandemi Covid-19.

Lembaga Hukum dan Ham Padma Indonesia (Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian Indonesia) pada Minggu, 4/10 melalui jaringannya di NTT dan Batam, dan dalam kerjasama dengan Polresta Barelang mendapati 15 korban HT di Batam, 12 dari mereka berasal dari NTT.

Kembali jalur barat lewat Batam menjadi wilayah transit Human Trafficking. “Di mana peran Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan TPPO Provinsi NTT?” tanya Direktur Padma Indonesia Gabriel Goa.

Gabriel menaruh hormat dan apresiasi masyarakat dan Polresta Barelang yang sigap. “Mereka telah menyelamatkan korban TPPO di Batam,” kata Gabriel.

Padma Indonesia dan Jaringan Nasional Anti TPPO (JarNas Anti TPPO) menyatakan mendukung dan mengawal proses hukum TPPO yang sedang dilakukan oleh Polresta Barelang agar berlanjut hingga Kejari dan Pengadilan Negeri Kota Batam agar tidak terjadi lagi penegakan hukum TPPO yang konyol seperti yang dilakukan Kejari dan PN Kota Batam dalam kasus JR.

Padma Indonesia dan JarNas Anti TPPO juga mendesak Gubernur NTT dan seluruh Bupati dan Walikota di NTT untuk bertindak cepat melakukan pencegahan TPPO dengan menyiapkan Balai Latihan Kerja Pekerja Migran Indonesia (BLK PMI) dan Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) di NTT, bukan terus berwacana tanpa aksi nyata.

Selain itu kedua lembaga tersebut juga mendesak Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan TPPO Nasional dan Provinsi NTT untuk berperan aktif, bukan sibuk saat sudah terjadi kasus TPPO. Padma Indonesia juga mendesak Perusahaan Pengerah Pekerja Migran Indonesia (P3MI) untuk tunduk pada UU dan sungguh-sungguh mempersiapkan kompetensi dan kapasitas CPMI (Calon Pekerja Migran Indonesia) melalui BLK PMI dan kelengkapan prasyarat formal CPMI melalui LTSA, bukan menjadi bagian dari jaringan mafia Human Trafficking. (tD)

Related Post

Leave a Reply