Sat. Jul 27th, 2024
Emanuel Dapa Loka

Oleh Emanuel Dapa Loka

Entah secara tertulis atau lisan, sering tersua judul atau kalimat: Ingin Diperkosa, Ros Lari Sekencang-kencangnya. Aneh bukan? Pertama, sangat tidak masuk akal ada orang yang ingin atau pengen diperkosa. Pemerkosaan itu suatu tindakan kekerasan secara seksual dari satu pihak kepada pihak lain, sehingga dalam hal ini, Ros pasti tidak menginginkannya. Kedua, ini pengandaian yang tidak masuk akal seperti di atas, kalau benar Ros ingin atau pengen diperkosa, mengapa dia melarikan diri, sekencang-kencangnya pula?

Contoh lain. Pada 6 Oktober 2010, sejumlah media menulis atau analis di televisi mengatakan: ingin ditangkap, SBY batal ke Belanda. Media menggambarkan, pada 5 Oktober 2010 SBY tiba-tiba membatalkan rencana kunjungannya ke Belanda padahal rombongan sudah mendahuluinya dalam pesawat. Pembatalan dilakukan karena pengadilan di Belanda menyetujui dimulainya proses hukum atas tuntutan dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. Dalam permohonan di pengadilan terdapat tuntutan agar sang Presiden (kala itu) ditangkap saat berkunjung ke negeri Kincir Angin itu (Kompas, 6 Oktober 2010).

Atas peristiwa tersebut, media menurunkan berita dengan judul Mau Ditangkap SBY Batal ke Belanda. Nah lho! Bukankah sang Presiden menginginkan terjadi penangkapan atas dirinya, tapi mengapa dia membatalkan keberangkatannya?

Berdasarkan judul tersebut, siapa yang mau ditangkap? Presiden SBY, bukan? Tapi mengapa dia membatalkan kunjungan? Karena tidak mau ditangkap! Kacau! Sama halnya dengan contoh pertama. Siapa yang mau diperkosa? Ros, bukan? Tapi mengapa dia lari sekencang-kencangnya? Karena tidak mau diperkosa. Kacau juga!

Contoh lain. Masih ingat si gurita, dalam perhelatan Piala Dunia 2010 bernama Paul? Setelah ramalannya terbukti benar pada pertandingan semi final Spanyol vs Jerman (7/7) dengan skor 1-0, pendukung Jerman marah besar dan menghujat sang octopus, seakan-akan dialah yang menyebabkan Jerman kalah. Ah menggelikan!

Bayangkan, akibat irasionalitas itu, ada yang ingin membuang Si Paul ke kolam hiu. Ada juga yang menyarankan agar ia digoreng saja. Sejumlah wartawan membuat berita dengan judul Ramalannya Terbukti, Si “Paul” Gurita Mau Digoreng. Ha? Ini lebih aneh lagi!

Kendatipun gurita yang hidup di Sea Life, Oberhausen, Jerman itu bisa bicara bak manusia, permintaannya terasa sangat aneh. Tidak mungkin dia minta digoreng atau menawar-nawarkan diri untuk dimasukkan ke penggorengan lalu meregang nyawa dalam minyak mendidih.

Contoh terakhir. Di dalam sebuah toilet umum terpampang tulisan: Yang menggunakan toilet ini, apalagi untuk buang air besar, harap disiram yang banyak. Berhati-hatilah, anda bisa basah kuyup di toilet ini.

Lantas, di mana sumber kekeliruan penulisan tersebut? Menurut saya, sumber utama kesalahan adalah ketidakcermatan penulis menggunakan bentuk pasif. Terlalu terbiasa menggunakan kalimat pasif dalam pembicaraan lisan, akhirnya terbawa saat menulis.

Andai tidak sangat terpaksa, gunakanlah kalimat aktif. Ada juga kesan, kalimat pasif itu menyembunyikan subyek. Atau, penulis dalam beberapa contoh di atas “terselamatkan” jika ia mengganti kata “mau”  dan “ingin” dengan kata  “hendak” atau “bakal”. Lebih masuk akal bukan? Arti kata hendak, ingin, mau dan bakal beda-beda tipis, karenanya harus cermat dalam menggunakan. Juga, tinggalkan sejenak prinsip “Ah! Asal bisa dimengerti”. Salam cermat!

 

Related Post

4 thoughts on “Ingin Diperkosa, kok, Lari Sekencang-kencangnya?”
  1. Permainan kata2 sangatlah rumit dipahami bagi kami orang awam beda lagi mungkin dengan para Ahli Dibidang Kosa Kata…. Ada baiknya lebih teliti membaca atau biasakan membaca hingga selesai tulisan yang dibaca,,, sehinggga kita pusing apa maknanya…Hehehehhe

  2. Dulu sebagai wartawan, saya juga kurang awas dalam menulis judul berita. Saya pun pernah membuat judul berita Mau Diperkosa, Mery Diselamatkan Tetangga.
    Judul ini lalu dikoreksi pak Emanuel Dapa Loka dengan mengganti kata Mau menjadi Akan. Akan diperkosa, Mery Diselamatkan Tetangga

Leave a Reply