Sat. Jul 27th, 2024

Tangguh Seperti Extremophiles

Mikroorganisme extremophiles. google.com

Oleh P. Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris Provinsi Indonesia

Pater Kimy Ndelo, CSsR

Exremophiles adalah sejenis mikrorganisme. Artinya makhluk hidup paling kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Dia hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Binatang paling kecil ini bisa hidup dalam suhu panas yang ekstrim, antara 170 sampai 250 derajat Farenheit (sekitar 76-121 derajat Celcius).

Hidup seperti EXTREMOPHILES berarti hidup dalam daya tahan yang luar biasa berhadapan dengan situasi paling sulit. Dengan cara seperti inilah kira-kira kita bisa memahami ucapan Yesus berikut: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mat 16,24).

Pilihan hidup semacam ini tidak mudah bahkan nyaris tak memungkinkan. Ini bukan hanya soal bagaimana menghadapi penderitaan dan menanggungnya. Penderitaan bisa saja tak pernah datang selama hidup. Kesulitan, sakit, atau beban memang ada bahkan biasa. Tapi belum sampai pada tingkat penderitaan.

Bertahan hidup itu soal konsistensi. Bagaimana orang bisa konsisten dengan hidup yang benar di tengah banyak godaan. Bagaimana orang bisa setia di tengah banyak tawaran yang lebih menggiurkan. Bagaimana orang bisa tetap jujur di tengah masyarakat yang menganggap penipuan itu hal biasa. Bagaimana orang bisa tetap rajin di lingkungan orang-orang yang malas. Bagaimana orang bisa tetap hidup dengan penghasilan yang pas-pasan sementara orang bisa mengambil keuntungan di sana sini.

Yesus tahu bahwa para muridNya tidak paham dan tidak sanggup untuk hidup dengan cara ini. Karena itu Dia meminta mereka supaya berjalan mengikutiNya. Artinya, berjalan di belakang Dia. Dia yang memberi contoh, Dia yang memberanikan dan Dia pula yang menguatkan.

Ketika Yesus menegur Petrus, “Enyahlah dari hadapanku”, Dia mau mengatakan, “Berjalanlah di belakangku”. Petrus belum bisa menjadi contoh di depan. Petrus harus belajar lebih banyak lagi dari Yesus karena pikiran, pertimbangan dan keputusannya masih didominasi oleh sikap manusiawi.

Yesus mengambil cara yang paling ekstrim, yakni berhadapan langsung dengan penderitaan dan kematian. Derita dan kematian diterima walau Dia tanpa salah karena itulah rencana Allah bagi keselamatan manusia.

Yesus mempersembahkan tubuhNya sebagai “persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah” (Rom 12,1). BagiNya rencana Allah di atas segala-galanya.

Hidup sebagai orang Kristen seringkali berarti melalui jalan yang jarang dilewati orang. Hidup sebagai orang Kristen bagaikan menaiki anak tangga sementara kerumunan orang di samping memakai eskalator. Mengikuti Kristen dengan setia dan konsisten sering bukan pilihan yang populer.

Tapi justru itulah yang membuat kita berbeda dan membuat sejarah hidup ini berbeda pula.

Untuk itu kita harus menjadi murid atau memiliki iman model “extremophiles”. Iman yang biasa-biasa saja tak cukup di zaman ini.

Salam sehat dan berkat Tuhan dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba tanpa Wa

Related Post

Leave a Reply