Sat. Nov 9th, 2024

Selamat Jalan, Mgr. Julianus Sunarko, Air yang Mengalir dalam Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat Banyumas

Uskup Sunarko yang dikenal sebagai "dukun air" karena bisa mencari dan menemukan sumber air. foto: Anton Luciferano.

Oleh Romo Christian Siswantoko

Romo Siswantoko dan Mgr. Julianus Sunarko

Foto yang mendampingi tulisan ini merekam pertemuan terakhir saya dengan Mgr.Sunarko pada akhir Desember 2019. Pada waktu itu, Bapak Uskup sedang meresmikan penggunaan air sumur di Wilayah Wonotawang (Paroki Promasan). Yang mencari dan menemukan sumber air itu adalah Mgr.Sunarko. Dengan tenang telah pulang ke rumah ke Rumah Bapa di Surga pada 26 Juni 2020 pukul 13.50 WIB di RS. Elisabeth Semarang, Jawa Tengah.

Mungkin sudah ratusan orang, lembaga, dan perusahaan yang dibantu oleh Bapak Uskup Sunarko untuk mendapatkan air. Salah satu keahlian beliau adalah mencari sumber air.  Kita tahu semua betapa pentingnya air untuk hidup manusia dan ciptaan Tuhan yang lain.

Meskipun sudah sepuh dan harus banyak istirahat, tetapi beliau selalu menyediakan diri untuk membantu mencarikan air. Beliau selalu bersemangat dan bergembira saat bisa membantu siapa pun.

Beliau tidak hanya ahli mencari sumber air untuk makan dan minum tetapi juga memberikan air dalam arti kelegaan, kegembiraan, dan penghiburan dan bantuan untuk sesama.

Beliau telah menjadi air yang mengalir dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Banyumas dan wilayah lain yang berada di wilayah Keuskupan Purwokerto. Beliau selalu membuka dialog dan komunikasi dengan umat beragama lain dan pemerintah. Ke mana-mana Bapak Uskup sering pakai blangkon yang melambangkan bahwa beliau mengalir dan menyatu dengan budaya yang ada.

Beliau telah menjadi air yang menyegarkan untuk Gereja Keuskupan Purwokerto dengan program paroki pedesaan. Selama 16 tahun menjadi gembala di Keuskupan Purwokerto, iman Katolik mengalir dan merasuki  umat Katolik yang ada digunung dan bukit.

Beliau telah menjadi air hangat yang membuat hidup nyaman. Pribadi Bapak Uskup Narko itu hangat, ramah, banyak tertawa dan guyon, bahkan saat sakitpun hal itu tetap ada. Saat beliau sakit  dan dirawat selama 2,5  bulan di RS Carolus,  Jakarta pada tahun 2015  saya melihat sendiri bagaimana beliau selalu membuat dokter dan perawat tertawa dengan sapaan dan leluconnya. Pribadi yang sangat hangat, sederhana, dan rendah hati

Beliau juga telah menjadi air yang “nyiprat” lewat gagasan dan pemikiran beliau yang inspiratif serta menantang. Ide-ide soal hidup menggereja, pendidikan, dan memasyarakat seakan tidak pernah habis.

Masih banyak hal-hal yang dapat diteladani dari sosok Bapak Uskup Narko. Yang jelas beliau tidak hanya menjadi ” dukun air” tetapi beliau juga telah menjadi air yang mengalir dan memberi kesegaran bagi umat Katolik maupun masyarakat pada umumnya.

Bapak Uskup, terima kasih telah menjadi gembala dan teladan bagi kami, secara khusus umat Katolik di Keuskupan Purwokerto .

Terima kasih telah menjadi bapak bagi para romo, suster, bruder, khususnya bagi para romo diosesan Keuskupan Purwokerto.

Sugeng tindak  dan semoga kami juga dapat menjadi air yang mengalir sebagaimana yang telah Bapak Uskup teladankan. Berkah Dalem.

Related Post

Leave a Reply