Tue. Sep 9th, 2025
Romo Ramses Nainggolan, OFM Cap

Homili Romo Ramses Nainggolan, OFM Cap pada Misa Pembukaan Retret Perutusan Kursus Evangelisasi Pribadi angkatan 12 di Wisma Samadi, 5 September 2025

Para peserta Kursus Evangelisasi Pribadi angkatan 12 dari Paroki Bekasi Utara, gereja Santa Clara. (Panitia)

Suatu hari, seorang Bapa Pengakuan di Katedral Münster, seorang kapusin berusia 82 tahun berhalangan hadir menerima pengakuan dosa meminta saya menggantikan tugasnya.  Dia berkata, “Nanti kamu bisa pakai sepeda saya ke sana.”

Tepat pukul 08.30 saya pergi ke garasi, ternyata sepeda itu terkunci. Saya pun  menelepon, menanyakan di mana kunci diletakkan. Ia menjawab, “Masuklah ke kamar, di atas meja sebelah kanan ada gantungan paku, di sanalah kunci tergantung.”

Saya pun pergi ke kamarnya, namun ternyata kamar juga terkunci. Saya menelepon lagi, dan ia berkata bahwa kunci kamar dititipkan ke tetangga. Setelah mendapatkannya, akhirnya saya berhasil mengambil sepeda dan segera berangkat.

Dua puluh  menit kemudian saya sampai di gereja. Dengan penuh percaya diri saya mau masuk ke ruang pengakuan dosa, tetapi ternyata ruangan itu juga terkunci.

Saya mencari koster, berharap ada kunci cadangan. Namun hari itu koster sedang libur dan yang ada hanyalah koster pengganti, yang sama sekali tidak tahu di mana kunci disimpan.

Setelah menelepon lagi, barulah saya tahu bahwa kunci itu ada di tangan sang kapusin sendiri, karena tergabung dengan kunci mobil yang biasa ia pakai. Akhirnya saya tidak jadi mendengar pengakuan dosa hari itu – semata-mata karena tidak ada kunci.

Kisah sederhana ini mengingatkan kita betapa kunci itu kecil, tetapi sangat penting. Tanpanya, banyak pintu tetap tertutup; niat baik dan usaha kita tidak bisa berjalan.

Saudara/saudari, dalam hidup beriman pun kita butuh kunci. Injil hari ini berbicara tentang anggur baru dalam kantong yang baru. Yesus hendak mengingatkan kita bahwa hidup yang diperbarui oleh Allah membutuhkan wadah yang baru, yakni hati yang terbuka, cara pandang yang segar, semangat yang diperbarui. Tanpa itu, kita seperti punya anggur baru tetapi tetap disimpan dalam kantong lama. Akhirnya sia-sia, bahkan merusak keduanya.

Kuncinya adalah Kristus sendiri. Dialah yang membuka pintu bagi hidup baru. Dialah yang membuka hati kita untuk menerima pembaruan. Kuncinya bukan pada kebiasaan lama yang membelenggu, bukan pada cara pandang sempit yang hanya mengulang pola lama, tetapi pada keberanian membiarkan Yesus membuka ruang baru dalam hidup kita.

Pengalaman dengan kunci tadi mengajarkan: meski kita sudah siap, meski kita sudah berusaha, tanpa kunci, semuanya bisa buntu.

Demikian pula, tanpa Kristus, usaha rohani kita bisa terjebak pada rutinitas, iman bisa kehilangan daya hidup, bahkan pelayanan bisa terasa kering. Tetapi bila kita membiarkan Kristus menjadi kunci, maka pintu hati kita akan terbuka, dan anggur baru itu, yakni hidup baru dan rahmat baru akan menemukan kantong baru dalam diri kita.

Marilah hari ini kita berani membawa hati kita kepada Kristus. Biarkan Ia menjadi kunci yang membuka pintu-pintu yang tertutup dalam diri kita: pintu pengampunan, pintu pengharapan, pintu kasih, dan pintu iman yang hidup.

Bersama Dia, kita dapat menampung anggur baru dalam kantong yang baru – hati yang diperbarui oleh Roh-Nya. Amin.

 

 

Related Post