


Seberapa sering Anda menelusuri linimasa media sosial atau mengunjungi situs berita dan menemukan sesuatu yang memicu perasaan marah atau sedih?
Sayangnya, situs berita cenderung hanya melaporkan hal-hal yang salah di dunia, dan hal itu dapat membuat kita depresi.
Namun, bagi seorang Kristen, hal-hal ini perlu ditempatkan pada tempatnya. Mengapa? Karena Tuhan menghendaki kedamaian dalam jiwa kita, dan peristiwa dunia, atau hal-hal yang kita lihat di media sosial, seharusnya tidak mengganggunya.
Santo Yohanes dari Salib, dalam ”Ucapan-ucapannya tentang Terang dan Kasih”, menjelaskan watak rohani ini.
Berusahalah untuk menjaga hatimu tetap damai; jangan biarkan peristiwa dunia ini mengganggunya; renungkanlah bahwa segala sesuatu pasti akan berakhir.
Meskipun kata-katanya singkat dan langsung pada intinya, ia menyampaikan poin yang bagus: “segala sesuatu pasti akan berakhir.”
Memang benar bahwa perang dan kekerasan terus menyelimuti dunia dan kita hanya bisa berbuat sedikit untuk mengatasinya.
Kita perlu mengingat bahwa semua penderitaan di dunia akan berakhir, bahkan penderitaan kita sendiri.
Tuhan yang memegang kendali
Dunia ini hanya sementara dan hal-hal buruk yang terjadi di dalamnya hanya berlangsung sebentar.
Kita memang memiliki tanggung jawab untuk berbuat baik, dan memajukan perdamaian dan keadilan di dunia. Namun, kebanyakan dari kita memiliki pengaruh yang sangat terbatas.
Kita hanya dapat berbuat sebatas itu, dan setelah kita melakukan semua yang kita bisa, kita perlu menyerahkannya kepada Tuhan. Dia akan mengurusnya dan mengatur segala sesuatu demi kebaikan umat manusia.
Ketika kita melihat hal-hal buruk yang terjadi di dunia, kita tidak boleh membiarkannya mengganggu kedamaian kita.
Kita perlu menjaga segala sesuatu dalam perspektif yang tepat dan percaya bahwa Tuhan memiliki rencana.
Jika kita mampu mengenali kenyataan ini, berita dunia tidak akan mengganggu kita, karena kita tahu siapa yang memegang kendali.
Ingat, lakukan apa yang Anda bisa, tetapi serahkan sisanya kepada Tuhan. Dia mengatasi “pemengaruh” mana pun. (Ale/tD)


