Tue. Sep 9th, 2025
Ibu Guru Bernadetha Rangga Rame (di tengah), menghayati panggilan sebagai guru dengan sungguh-sungguh.

Menyaksikan ayahnya Aloysius Bulu Malo (Alm) menghayati tugas sebagai guru dengan sungguh-sungguh, Bernadetha Rangga Rame kecil diam-diam memendam keinginan untuk menjadi guru seperti sang ayah.

Benar saja. Dethe, panggilan akrabnya, kemudian menempuh pendidikan guru melalui SPG Santo Alfonsus Weetebula, Sumba Barat Daya (SBD), NTT.

Dari situlah ibu dari lima anak ini kemudian benar-benar menjadi guru. Sejak 1994 ia memeluk profesi sebagai guru ”berlabel” PNS. Awal tugasnya ia mulai di sebuah sekolah kecil di bawah naungan Yapnusda, yakni SDK Dimu Kaka, Kodi, SBD.

Selama menjalani tugas di tempat baru, ada sebuah cerita menarik yang tak akan pernah terlupakan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama air, Bernadetha harus berjuang melewati hutan. Perjalanan dari rumah menuju mata air memakan waktu sekitar satu jam.

Setiap pagi, bahkan sebelum bintang timur menampakkan diri, ia sudah harus bergerak menuju mata air. Waktu keberangkatan pun harus diperhitungkan dengan cermat, karena bila air laut sedang surut, akan pulang dengan ember atau jeriken kosong.

Hari demi hari perjuangan itu dia lalui, hingga suatu saat datang seorang bapak tua yang menawarkan air jualan.

Awalnya, keputusan membeli air terasa berat. Namun, daripada harus menempuh perjalanan jauh dengan ketidakpastian pasang-surut laut, akhirnya pilihan membeli air dia ambil.

Waktu pun berjalan, dan hubungan antara Bernadetha dengan bapak tua penjual air itu bertransformasi menjadi sebuah ikatan persahabatan yang hangat—layaknya anak dan ayah.

Sejak saat itu, kesulitan air untuk memasak, minum, dan mandi tidak lagi menjadi beban. Bahkan, bukan hanya soal air, tetapi setiap pekerjaan sehari-hari menjadi lebih ringan karena sang “ayah” selalu hadir membantu.

Kisah ini menjadi kenangan indah yang tak hanya menandai awal perjalanan tugasnya, tetapi juga menghadirkan pelajaran berharga tentang penyertaan Tuhan yang nyata melalui perjumpaan dengan sesama.

 Tugas di SDK Dimu Kaka

Ibu Guru Bernadetha Rangga Rame

Selain persoalan hidup sehari-hari, tantangan besar juga datang dari dunia pendidikan. Sekitar delapan tahun Bernadetha mengabdi di SDK Dimu Kaka.

Saat itu, bahasa ibu masih begitu dominan dipakai murid-murid, sementara bahasa Indonesia belum sepenuhnya dipahami.

Namun, berbekal kesabaran, tekad, dan doa, anak ketujuh dari sepuluh bersaudara ini tetap setia menjalani panggilannya.

Baginya, mengajar bukanlah sekadar pekerjaan, tetapi sebuah panggilan Tuhan yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab dan sukacita.

Kesetiaan di Almamater

Setelah delapan tahun penuh perjuangan, Bernadetha kembali ke tanah tempat ia ditempa, SDK Pero, almamater tercinta di Kecamatan Wewewa Barat.

Dia mengabdi selama 12 tahun di sekolah ini untuk mendampingi murid-murid bertumbuh dalam pengetahuan, karakter, dan iman. Baginya, setiap generasi yang pernah diajar adalah berkat dan tanggung jawab yang harus dijalankan dengan sepenuh hati.

Jejak Kepemimpinan

Tugas kepemimpinan sempat dipercayakan kepadanya saat diangkat menjadi kepala sekolah di SDM Reda Bolo, juga di Kecamatan Wewewa Barat. Namun, dengan kerendahan hati, setelah enam bulan ia memilih mengundurkan diri karena merasa belum siap menanggung tanggung jawab besar tersebut.

Keputusan itu bukan tanda kelemahan, melainkan wujud kedewasaan dan kesadaran bahwa jabatan bukanlah tujuan utama, melainkan pelayananlah yang terutama.

Ia kemudian melanjutkan pengabdian di SDM Weekamburu selama sembilan bulan, sebelum dipercaya kembali menjadi kepala sekolah di SDM Puu Uppo.

Di sekolah ini, Bernadetha mengemban tanggung jawab kepemimpinan selama tiga tahun, menorehkan pengalaman berharga dalam membangun semangat belajar bagi komunitas sekolah.

Tugas Sebagai Pengawas

Sejak April 2020, Bernadetha Rangga Rame mengemban tanggung jawab baru sebagai pengawas pembina untuk SD di Kecamatan Laura.

Peran tersebut menuntut lebih dari sekadar kemampuan mengajar—dibutuhkan keteladanan, kebijaksanaan, dan cinta yang besar terhadap dunia pendidikan.

Bukan hanya satu sekolah yang harus didampingi, melainkan banyak sekolah yang memerlukan bimbingan dan arahan agar mutu pendidikan semakin meningkat.

Sebentuk Pelayanan

Di balik semua pencapaian dan perjalanan panjang ini, ada satu hal yang selalu menjadi sumber kekuatan, yakni iman kepada Tuhan.

Ia percaya bahwa setiap langkah dalam hidupnya adalah bagian dari rencana ilahi. Seperti firman Tuhan berkata: “Segala sesuatu yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).

Bernadetha meyakini bahwa pekerjaannya adalah bentuk pelayanan. Ia tidak hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga menghadirkan kasih, teladan, dan pengharapan bagi murid-murid dan rekan-rekan sejawat.

Panggilan Hidup

Sosok Bernadetha Rangga Rame adalah bukti nyata bahwa menjadi guru bukan hanya profesi, melainkan panggilan hidup.

Dari ruang kelas sederhana hingga tugas besar sebagai pengawas, setiap langkahnya adalah doa yang diwujudkan dalam pelayanan nyata.

Dia telah menganyam perjalanan panjang penuh dedikasi, pengorbanan, dan kesetiaan pada panggilan Tuhan. (tD)

Related Post