Sat. Jul 27th, 2024
Menag Yaqut Cholil Qoumas bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, Rabu (8/6/2022)

Oleh Simply da Flores, Alumnus STF Driyarkara, Jakarta

Beredar informasi di media sosial tentang rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, pada September mendatang. Untuk agenda ke Indonesia, disebutkan bahwa Paus akan berkunjung di Jakarta, Medan, Yogya dan Flores. Informasinya dari Menteri Agama dan rincian agenda lebih lanjut akan disampaikan.  Akan ada pengumuman resmi dari Pemerintah NKRI dan otoritas Gereja Katholik Indonesia.

Maka, saya coba menyimak apa makna kunjungan Paus ke Indonesia yang begitu urgen? Apa kepentingan dan manfaat bagi NKRI dan umat Katholik Indonesia, juga bagi Vatikan.

Beberapa hal berikut saya tuliskan sebagai upaya memaknai kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia.

Paus Pemimpin Gereja Katolik dan Presiden Negara Vatikan

Seorang Paus, sekarang Paus Fransiskus, memiliki dua pangkat sekaligus. Pertama, Paus adalah Pimpinan Gereja Katolik se-dunia dan sekaligus Kepala Negara Vatikan. Maka, sebagai pimpinan. Untuk Gereja Katolik se-dunia, Paus menjadi gembala utama seluruh umat, meneruskan mandat tugas dari Yesus Sang Kepala Gereja kepada Rasul Petrus. Sebelum naik ke Surga, Yesus melantik dan menyerahkan “Tongkat Penggembalaan umat-Nya” kepada Rasul Petrus. Tugasnya, memimpin segenap umat pengikut Yesus dan mewartakan Injil Yesus ke seluruh dunia. Itulah yang terjadi hingga saat ini dalam tradisi iman Gereja Katolik.

Kedua , Paus adalah Kepala Negara Vatikan. Maka, Paus memimpin pemerintahan Vatikan, termasuk membangun hubungan dengan berbagai negara di dunia serta berbagai organisasi politik, sosial dan budaya. Ada duta Vatikan di negara yang menjadi mitra diplomatik, sehingga duta negara tersebut pun ada di Vatikan.

Hal utama yang menjadi misi Negara Vatikan adalah kegiatan kemanusiaan, hak asasi dan kelestarian lingkungan untuk membangun perdamaian dunia, dengan multi pihak. Misalnya beberapa waktu lalu menghasilkan Dokumen Abudhabi dengan Tokoh Islam Arab Saudi dan Pimpinan Agama Yahudi, dalam membangun harmoni dan perdamaian dunia, mulai dari tiga agama keturunan Abraham.

Pernyataan Ketua PBNU dan Toleransi

Terhadap informasi rencana kedatangan Paus Fransiskus, saya  melihat di media sosial diberitakan bahwa Ketua PBNU, Yahya Cholil Staquf, memberikan apresiasi dan dukungannya. Paus dilihat sebagai tokoh umat yang membangun toleransi dan kemanusiaan universal. Maka, PBNU menyambut kunjungan Paus dan memberikan dukungan sepenuhnya atas kehadiran Paus di Indonesia.

Semangat dari pernyataan ketua umum PBNU tersebut, hemat saya, mencerminkan kekayaan Iman dan persaudaraan NU di tengah dunia. Terlihat ada kesinambungan dengan semangat dari Dokumen Abudhabi untuk membangun perdamaian dunia, mulai dari tiga agama keturunan Bapa Abraham.

Lebih lanjut, dari catatan informasi media sosial, bahwa Menteri Agama pun beberapa waktu lalu pernah berkunjung ke Vatikan dan mengundang Paus ke Indonesia. Namun, rencana itu tertunda karena ada bencana Covid-19. Nilai toleransi terlihat sungguh diperjuangkan Mentri Agama dalam programnya dan kebijakan terhadap pluralitas agama dan kepercayaan yang ada di NKRI. Menteri agama sudah menginginkan kepastian kunjungan Paus pada bulan September mendatang, setelah mendapat konfirmasi dari pihak Vatikan.

Relasi Vatikan dan NKRI

NKRI menganut prinsip politik bebas aktif dengan semua negara di dunia. Pancasila dan fakta pluralitas adat budaya serta agama, telah memposisikan NKRI untuk menjadi Negara Non Blok dan inisiator perdamaian dunia dengan politik bebas aktif.

Fakta bahwa NKRI berpenduduk mayoritas beragama Islam, tidak menjadikan NKRI negara agama. Ini salah satu keistimewaan Indonesia, termasuk di mata Paus, pemimpin Negara Vatikan. Jumlah umat Katolik memang sangat kecil di tanah air. Namun diharapkan tetap berperan aktif sebagai warga negara, dengan semboyan 100% umat Katholik dan 100% warga NKRI.

Dalam konteks yang demikian, kiranya kunjungan Paus Fransiskus sungguh bermakna bagi kedua negara untuk membangun perdamaian dunia.  NKRI bisa semakin dikenal dunia, bukan saja sebagai bangsa besar dan pluralis, tetapi pegiat aktif perdamaian dunia dengan dasar negara Pancasila dan Negara non blok – politik bebas aktifnya.

Untuk zaman digital ini, saat kunjungan Paus terjadi, bisa menjadi konten viral di media sosial. Ada manfaat publikasi NKRI dan Vatikan tentang contoh relasi harmonis membangun persahabatan serta persaudaraan antar negara dan masyarakat dunia.

Menanti Informasi Otoritas Gereja Katolik Indonesia

Bagi umat Katolik Indonesia, kunjungan Paus Fransiskus pasti memberi makna istimewa. Ada saat bertemu pemimpin Gereja, sekaligus mendapat berkat khusus. Umat semakin diperkuat menghayati bahwa 100% Katolik dan 100% warga  NKRI adalah sebuah panggilan luhur berkarya amal, sebagai garam  ragi dan terang.

Kerinduan umat Katolik kepada Sang Gembala seperti rusa mendamba air, kiranya akan disegarkan dengan kunjungan Paus. Tercatat bahwa Paus yang pernah mengunjungi NKRI adalah mendiang Paus Yohanes Paulus II di zaman Presiden Soeharto dan Paus Paulus VI di zaman Presiden Soekarno.

Selain informasi resmi dari Pemerintah NKRI, umat Katolik pasti menantikan informasi dari otoritas Gereja Katolik yakni KWI, serta petunjuk di lokasi kunjungan dari pimpinan Gereja Katolik setempat untuk acara liturgi.

Semoga rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia akan berjalan lancar dan membawa manfaat bagi kedua negara dan dunia, serta secara khusus bagi umat Katolik di tanah air. Paus sebagai Pemimpin Negara Vatikan dan pemimpin Umat Katholik sedunia.

Related Post