Tue. Oct 15th, 2024

Romo Augustinus Saragih, OFM Cap, Pastor Paroki Santa Clara, Bekasi Utara

Ecce homo! Lihatlah Manusia itu! la sudah datang ke Yerusalem dengan menunggang seekor keledai, tapi dielu-eluhkan bagai Raja. lesus Nazaremus, Rex ludaerum, yang artinya “Yesus Nasareth Raja orang Yahudi.”

Pekikan serta gema Hosanna Putera Daud, membahana di sepanjang tepi jalan yang dilewati Yesus, dan terngiang di lorong-lorong hati, Raja Israel sekaligus “Penjahat” di mata kalangan Yahudi.

la harus disalibkan demi ambisi dan pamor Yahudi, dan untuk harga diri serta menyelamatkan muka mereka di hadapan khalayak ramai.

Ada dua peristiwa besar seiring berjalan namun paradoks mewarnai perayaan Minggu Palma. Pertama, peristiwa Yesus memasuki Kota Yerusalem, sebagai Raja. Ecce Homo! Lihat Anak Manusia itu.

la menunggang seekor Keledai disambut dengan lambaian daun palem. Semua orang bergembira, bersorak dan bernyanyi: “Hosanna Putera Daud terpujilah yang datang atas nama Tuhan Raja Israel! Hosanna sembah sujud”.

Koor Wilayah Santo Antonius, Paroki Santa Clara, Bekasi Utara, usai iringi Misa Minggu Palma.

Kedua, peristiwa kita memperingati sengsara Tuhan Yesus Kristus, yang dikisahkan dalam Injil Matius 27: 11-54.

Yesus pergi ke Yerusalem. Masuknya Yesus ke Yerusalem adalah permulaan kisah sengsara yang diawali dengan pengkhianatan Judas sampai Yesus dimakamkan.

Pergi ke Yerusalem artinya pergi untuk dikhianati, dihukum, dan mati di salib. Maka pergi ke Yerusalem untuk mati.

Paradoksal sikap dan reaksi umat terhadap misi Yesus: Diawali dengan penyambutan meriah (hosanna), namun diakhiri dengan derita bagi Yesus.

Berawal dengan sukacita dan kegembiraan, namun berakhir dengan sengsara di salib. Awalnya kita menyambut Yesus sebagai Raja, tetapi akhirnya menyalibkan-Nya sebagai penjahat.

Pada awal kita menghamparkan pakaian menyambut Yesus, tetapi akhirnya melucuti pakaianya untuk mempermalukan. Awalnya dipuja-puji akhirnya dihujat. Awalnya kehidupan, akhirnya kematian.

Harga untuk kata kasih. Itulah yang menjadi nilai bagi Yesus yang diwujudkan dalam pengorbanan nyawa-Nya sendiri.

Paulus dalam suratnya: “Kasih yang terbatas biasanya sederhana, tapi kasih yang tak terbatas luar biasa. Yesus mati ketika kita masih dalam dosa”. Allah menunjukkan kasih setia-Nya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita jatuh dalam dosa.

Pesan Minggu Palem

Pertama, Kita diajak mau ambil bagian dan ikut bersama Yesus dalam perjalan-Nya masuk Yerusalem sebagai jalan “kasih”. Yesus pergi ke Yerusalem untuk disalibkan, supaya kita bebas. la ingin membebaskan kita dari belenggu dosa. la rela mati asalkan manusia selamat. la rela disalibkan agar manusia bebas dari dosa.

Kedua, Kita tetap belajar sebagai orang beriman yang setia: “Tidak bersungut-sungut di belakang. Tidak “muka belakang”. Tidak main dua kaki tidak sembunyi di balik mayoritas. Kita belajar untuk bertahan dalam cobaan hidup. Artinya kita belajar setia memikul salib sebagai bagian dari salib dan derita Kristus.

Ketiga, Hidup kita kompleks dan menantang. Kita jangan mencari salib dan jangan menciptakan salib. Tapi bila kita harus mengalami salib sebagai bagian dari iman kita akan Kristus, maka terimalah dan nikmatilah itu.

Jangan lari dari salib. Jangan sembunyi dari salib. Jangan menghindar dari salib. Terima dan nikmatilah serta jalani salib sebagai bagian dari pemurnian, pematangan diri dan iman kita.

Bacaan Minggu Palma Yesaya 50: 4-7. Filipi 2: 6-11. Matius 27: 11-54

 

Related Post