Sat. Jul 27th, 2024
Bergembiralah selalu meski dalam kesempitan

HIDUP ITU ADALAH KESEMPITAN

Hidup di era pandemi
hidup dilimpahi keterbatasan
hidup yang sempit
nyaris monoton, nir perspektif
hidup seperti ini menjemukan
membuat bete, boring
yang ujungnya bisa pada seutas tali
menenggak alprazolam over dosis
atau bermain pisau

Hidup dicengkeram pandemi dua tahun
bukan waktu yang pendek
untung mereka yang punya rumah sendiri
walau bocor
kuda-kuda bangunan telah jatuh karena lapuk
bagaimana mereka yang masih ngontrak
tinggal di perumahan mertua indah
atau rumah btn
yang over kreditnya belum
lunas
tentu derita yang mereka alami
bertubi-tubi
Mana tahan
dua tahun hidup seperti itu
tanpa iman kuat
hidup sudah lama
berlanjut di Menteng Pulo

Hidup sempit dijajah pandemi
membuat banyak orang emosional
ada yang emosi di ruang publik
karena merasa punya kuasa
ada juga yang emosi karena asap dapur tak mengepul
lagi
Mereka emosi karena PPKM
petugas juga emosi dengan menyita handphone rakyat
karena berkhayal
Hp itu dipenuhi rancangan
kejahatan

Hidup di zaman pandemi
mengubah konstruksi kehidupan
tata hubungan suami-istri berubah
tata hubungan anak orang tua berubah
cucu-cucu lebih sibuk dengan game di gadgetnya
ketimbang menyapa opa oma
yang uzur didera komorbid

Hidup ini adalah kesempitan
hidup ini bukan lagi kesempatan
seperti lirik sebuah lagu pop rohani
yang biasa dinyanyikan vokal grup anak milenial gereja tanpa partitur

Kesempitan membuat napas tak lega
membuat hidup tak aman dan tak nyaman
apalagi jika setiap saat diteror debt collector pinjol

Dalam kesempitan itu
mari makin berserah kepada Tuhan
agar menikmati kelegaan
di rumah abadi bersama Tuhan
entah kapan

Jakarta 23 Oktober 2021/pk 3.24
Weinata Sairin

PUISI TENTANG IBADAH MINGGU ON LINE

Minggu putih jernih hadir menguak sejarah,
minggu kudus agung turun dari arasy surgawi,
berkat dan rahmat dilimpahkn bagi manusia fana,

Tuhanku,
beberapa bulan ini ibadah kami
mengalami perubahan berarti,
ibadah di rumah secara on line tidak bisa persis sama dengan ibadah di gedung gereja,
suasana, kehangatan persekutuan yang besar, liturgi kreatif, paduan suara, tak pernah bisa tergantikan,
Elemen-elemen itu juga yang telah ikit membentuk dan merawat iman kami berpuluh-puluh tahun.
ibadah di rumah kami lakukan agar
rantai penularan corona bisa terputus,
juga menghindar dari pikiran bahwa komunitas gereja menjadi klaster penebar virus.

Tuhanku,
kasihani kami,
ampuni dosa-dosa kami,
selamatkanlah bangsa kami,
pulihkanLah negeri kami

Tuhan kumohon,
Di pintu-Mu aku mengetuk,
dalam lelah dan pasrah

ibadah on line, live streaming
via kanal youtube
melalui perangkat
teknologi informasi
secanggih apa pun
tak akan pernah bisa menggantikan ibadah tatap muka
yang kami lakukan
di gedung gereja
suasana kebatinannya berbeda
rohnya tidak sama
banyak umat di rumah
merasa tidak beribadah
tetapi “mengikuti ibadah” atau “menonton ibadah”
iman kami kering kerontang
bagaimana sanggup melawan corona
dengan iman kering tanpa roh

Tuhan pulihkan negeri kami
pulihkan bangsa kami
apakah pandemi yang mencekik negeri kami
dengan korban amat besar
adalah hukuman atas dosa-dosa kami?
Korupsi, pelecehan seksual, kejahatan ekonomi, pinjol, cyber crime, hipokrisi, terorisme, pembunuhan, tindakan kriminal
dan sebagainya
adalah sebagian dosa yang mendera bangsa kami,
bangsa yang soleh dan religius

Tuhan
kami sudah letih dan lelah,
hentikan covid 19
sembuhkan bangsa kami
tobatkan bangsa kami
kasihani negeri kami!

Jakarta, 24 Oktober 2021/ pk.3.30
Weinata Sairin

Related Post

Leave a Reply