Sat. Jul 27th, 2024
Penderitaan menumbuhkan iman
Eleine Magdalena, Penulis buku-buku renungan best seller

Eleine MagdalenaPenulis buku-buku best seller

TEMPUSDEI.ID (25/1/21)

“Orang yang murni hatinya akan melihat Allah.”

Ada pelbagai cara dan kebiasaan orang berdoa. Semua baik sejauh membawa hati kita makin dekat dengan Yesus. Doa adalah relasi cinta dengan Yesus. “Menjumpai” Yesus dalam doa atau nge-date with Jesus menjadi menyenangkan bagi Tuhan dan kita jika dilakukan dengan cinta.

Ani seorang ibu rumah tangga. Ia mengerjakan kegiatan di rumah mulai dari menyiapkan makanan, mengatur rumah, keperluan suami dan ketiga anaknya. Setiap pagi Ani berusaha ikut misa pagi. Sepulang misa, Ani menyiapkan keperluan anak-anak. Setelah anak-anak berangkat sekolah dan suami pergi ke tempat kerja, Ani berdoa pribadi. Ani biasanya berdoa selama satu jam. Ia mengawali doa pribadinya dengan memuji Tuhan dengan sebuah lagu atau doa pujian secara spontan. Lalu ia memohon ampun atas dosa-dosanya. Setelah itu Ani menyembah Tuhan dalam lagu atau pun doa-doa penyembahan yang mengalir dari hatinya hingga seluruh keberadaannya terarah kepada Tuhan. Saat-saat ini adalah saat rahmat yang istimewa bagi Ani.

Dalam keheningan ia merasakan kasih Tuhan. Ia tahu Tuhan mengerti seluruh isi hatinya tanpa ia harus mengucapkan apa-apa. Pengalaman kasih ini sangat menguatkannya. Banyak hal sulit mampu ia hadapi karena kekuatan yang didapatkan dalam doa. Kadang dalam doa Ani tidak mengalami apa-apa. Kadang ada rasa malas dan enggan. Namun komitmen untuk berdoa pribadi setiap hari membuatnya mampu mengalahkan rasa malas.

Ani juga membaca perikop Kitab Suci secara berurutan dua sampai lima perikop setiap hari. Ia sudah membaca seluruh Kitab Suci sebanyak dua kali dan tetap mengulangi terus.

Siang hari jika ada waktu Ani menambahkan waktu doanya dengan devosi-devosi seperti berdoa rosario atau koronka. Malam hari sebelum tidur Ani selalu menyempatkan diri berdoa selama kurang lebih lima sampai sepuluh menit.

Ani mempunyai meja kecil di sebelah tempat tidurnya. Ia meletakkan salib, lilin, dan patung kecil di meja doanya itu. Ia biasa berdoa dengan menggunakan dingklik doa agar dapat bertahan duduk lama. Karena tidak mempunyai ruang doa khusus, Ani seringkali juga berdoa di kamar anak-anaknya, atau di ruangan lain dalam rumah yang lebih tenang.

Lain pula dengan Vivi. Hampir setiap pagi Vivi terbangun pukul tiga pagi saat anggota keluarganya masih terlelap. Ia memakai waktu yang baik ini untuk berdoa sebelum memulai semua aktivitasnya hari itu. Ia membaca Kitab Suci, buku rohani lalu berdoa selama satu jam hingga pukul empat dini hari.

Sepanjang hari dalam melakukan kegiatan mengantar jemput anaknya ke sekolah, memasak, dan membersihkan rumah, Vivi sering melambungkan lagu-lagu syukur dan pujian kepada Tuhan. Vivi berusaha agar hatinya selalu berkomunikasi dengan Tuhan ketika ia melakukan aktivitas sehari-hari.

Berdoa pribadi dan menjalin relasi dengan Tuhan sudah dijalankan Vivi sejak ia masih remaja. Hingga usianya 43 tahun, ia selalu mengalami penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Walaupun ia tidak berlimpah secara materi, ia tidak pernah kekurangan. Memang tidak semua yang diinginkan dapat didapatkan. Dalam keterbatasan, ia belajar berharap dan bergantung pada Bapa di surga. Hal ini memberi damai di hati. Walaupun banyak penderitaan ia alami, ia kuat menghadapi karena selalu berlari kepada Tuhan dalam doa.

Suatu hari suaminya marah-marah dan bersikap buruk kepada Vivi. Vivi menahan diri agar tidak membantah. Ia tahu jika ia membela diri pasti suaminya akan menjadi lebih marah. Vivi menghindar ke luar kamar sambil berdoa dalam hati. Ia mohon Tuhan meredakan amarah suaminya. Ia terus berdoa dalam hati hingga akhirnya suaminya tidak marah lagi.

Ketika ia berdoa, Tuhan bekerja dalam diri Vivi juga suaminya. Dengan berdoa Vivi dikuatkan untuk tetap dapat mengendalikan diri sehingga masalah tidak menjadi lebih besar. Tuhan juga bekerja memberi ketenangan bagi suami Vivi. Tidak lama kemudian, suaminya menjadi tenang kembali.

Vivi belajar bahwa untuk segala hal pada segala waktu, ia dapat datang pada Tuhan dan menyampaikan permohonannya ia melihat pertolongan Tuhan. Ketika ia berseru, Tuhan menjawab. Doa membukakan pintu rahmat yang ia butuhkan untuk tumbuh dalam iman, harapan, dan kasih.

Paulus seorang Bapak dengan dua anak. Di usianya yang ke-54 merasa bersyukur karena diberi rahmat berdoa. Ia memulai kebiasaan berdoa rosario setiap hari sejak dua tahun lalu. Walaupun jam doanya belum teratur, karena sibuk bekerja, namun ia tidak pernah melewatkan satu hari tanpa berdoa rosario. Banyak pertolongan Tuhan ia terima karena berdoa. Hal ini menguatkan dia untuk tetap berdoa dan membagikan pengalamannya agar orang lain juga berdoa.

Budiman memulai kebiasaan berdoa setiap hari sejak tujuh tahun lalu. Ia bersyukur karena di usianya yang ke-33 ia telah mempunyai usaha sendiri sehingga dapat mengatur waktu untuk berdoa. Ia selalu berusaha menghadiri misa harian pagi atau sore. Di sela-sela kesibukannya bekerja dan pelayanan, Budiman menyempatkan diri adorasi selama kurang lebih satu jam. Di hadapan Sakramen Mahakudus, Budiman biasanya hanya hening dan hadir bagi Tuhan. Saat-saat ini sangat menguatkannya untuk melanjutkan pekerjaan dan pelayanannya sehari-hari. Jika ada waktu, Budiman juga berdoa rosario walaupun tidak setiap hari. Malam hari Budiman menutup semua kegiatannya dengan berdoa selama lima sampai sepuluh menit. Biasanya ia bersyukur atas penyertaan Tuhan dan mohon ampun atas dosa-dosanya sepanjang hari itu.

Kesetiaan dalam doa, menghadiri perayaan Ekaristi, dan membaca Kitab Suci yang telah dijalani bertahun-tahun oleh Ani, Vivi, Paulus juga Budiman memperdalam relasi pribadi mereka dengan Tuhan.  Hal-hal itu pun menguatkan iman, harapan, dan kasih dalam menjalani panggilan hidup kita masing-masing sebagai murid Kristus. (Kisah Kasih Tuhan, 2015)

 

 

 

 

 

Related Post

Leave a Reply