Sat. Jul 27th, 2024
Pater Remmy Sila, CSsR

Oleh Pater Remmy Sila, CSsR, Superior Misi Samoa Kongregasi Redemptoris Provinsi Oceania

Mari kita merenungkan 3 hal penting dalam praktik hidup beriman kita yaitu, pertama, tentang pertobatan, kedua, tentang pentingnya kesesuaian antara yang  kita katakan dan yang kita lakukan dan ketiga, tentang tanggungjawab pribadi atas yang  kita lakukan terutama kesalahan dan dosa.

Dalam Yehezkiel 18: 25-28, diwartakan demikian: “Kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.” (Yeh 18: 27-28).  Di sini nabi menggambarkan keselamatan yang selalu tersedia bagi orang berdosa yang bertobat, orang yang meninggalkan cara hidup lama mereka dan mengenakan cara hidup baru, yaitu hidup menurut ketetapan Tuhan,  yang menurut Santo Paulus, hidup baru itu kita temukan di dalam Kristus.

Nabi Yehezkiel menarik perhatian kita pada suatu kenyataan umum yang selalu terjadi sepanjang sejarah keselamatan, yaitu bahwa orang baik bisa berubah  menjadi jahat dan orang jahat atau orang berdosa bisa bertobat dan menjadi orang baik.Untuk itulah Tuhan selalu memberi kesempatan baru dan mengundang setiap orang untuk bertobat sepanjang hidupnya. Menurut Yehezkiel, Tuhan tidak menghendaki kematian  melainkan kehidupan bagi orang-orang yang dikasihiNya. Oleh karena itu, undangan untuk bertobat adalah undangan untuk memperoleh hidup. Masing-masing kita, setiap hari diundang untuk  bertobat, berpaling kepada Tuhan tempat kita akan menemukan kehidupan. “Oleh karena itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!” (Yeh 18: 30)

Dalam suratnya  kepada jemaat di Filipi (Flp 2: 1-11), Santo Paulus mengingatkan kita bahwa kita tidak menghidupi  iman kita sebagai individu yang terisolasi, tetapi sebagai anggota Tubuh Kristus, yaitu Gereja atau umat Allah. Santo Paulus menegaskan bahwa untuk menjadi bagian dari Tubuh Kristus, kita harus memiliki pikiran, sikap,  dan perasaan yang ada di dalam Kristus.

Memiliki pikiran, sikap, dan perasaan seperti Kristus di sini berarti meneladani Dia, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengsosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu Salib” (Flp 2: 6-8). Melalui baptisan, kita ambil bagian dalam kehidupan Kristus. Dia tinggal di dalam kita dan kita tinggal di dalam Dia. Memiliki pikiran Kristus, dalam pengertian ini, berarti membiarkan diri kita dibentuk oleh Roh Kristus sendiri dari dalam. Dan ini menuntut keterbukaan dan kerendahan hati terhadap bimbingan Roh Kudus agar kita dapat mempraktikan iman kita dalam hidup kita setiap hari dalam semangat ketaatan kepada kehendak Bapa di surga. Iman kita tidak cukup hanya diungkapkan dalam kata-kata, tetapi harus lebih dibuktikan dalam praktik hidup yang nyata setiap hari.

Akhirnya, perumpamaan dalam Injil Matius 21: 28-32 mengajarkan kepada kita bahwa janji yang kita ucapkan tidak pernah bisa menggantikan kinerja, dan kata-kata indah tidak pernah dapat menggantikan perbuatan yang nyata. Mungkin saja kita berpikir bahwa perumpamaan ini tidak menyangkut kita: saudara dan saya. Tetapi kita harus rendah hati mengakui dan menerima bahwa perumpamaan ini berbicara tentang kita semua tanpa kecuali. Kita harus menyadari dan mengakui bahwa di satu pihak kita sering mengatakan “ya” kepada Tuhan dan sesama dengan kata-kata kita,  tetapi di pihak lain kita juga sering mengatakan “tidak” kepada Tuhan dan sesama melalui perbuatan kita.

Oleh karena kitu, marilah kita  memeriksa diri kita masing-masing secara terus menerus  untuk bertobat dan membarui cara hidup kita. Marilah kita berusaha mewujudkan janji kita, mengubah perkataan kita menjadi perbuatan nyata. Marilah kita menyadari bahwa diri kita adalah pribadi yang belum sempurna dan karena itu selalu membutuhkan pertobatan terus menerus. Setiap hari hendaknya kita bisa mengubah satu kata  “tidak”  atau “satu ketidaktaatan” dari hari kemarin menjadi “ya” atau “ketaatan” pada pada  hari ini.

Dengan demikian, kita bisa memperbarui hidup kita setiap hari dan dengan demikian pula kita boleh mengenakan hidup baru dalam dan bersama Kristus, Tuhan, yang padaNya penebusan itu berlimpah, sebab pada Tuhanlah kasih setia dan penebusan berlimpah-limpah, ….Copiosa apud eum redemptio (Mzm 130:7).

Tuhan memberkati.

 

Related Post

Leave a Reply