Sat. Jul 27th, 2024

Ini Alasan Nasi Padang Lebih Banyak Kalau Dibungkus untuk Dibawa Pulang

Nasi Padang yang disukai banyak orang. Ist

Dalam bulan Agustus ini, Loise sudah dua kali menyantap masakan padang di dekat rumahnya di Bekasi. Sebelum itu, ia dan kedua orang tuanya beberapa kali menyantap masakan yang digemari semua orang itu. Beberapa kali mereka makan di rumah makan itu, dan beberapa kali mereka membungkus untuk dibawa pulang.

Dari beberapa pengalaman itu, Loise lalu bertanya, “Kok, nasinya lebih banyak kalau kita bawa pulang? Satu bungkus bisa untuk dua orang,” kata gadis hitam manis itu.

Mungkin pertanyaan Loise adalah pertanyaan Anda juga. Ternyata, ada alasan khusus, nasi Padang yang dibungkus lebih banyak dibanding jika makan di tempat. Anda penasaran?  Berikut  setidaknya dua alasan utama yang tempusdei.id dapatkan dari berbagai sumber:

Pertama, pada masa Belanda, restoran Padang dipercaya sebagai restoran kaum elite oleh karena banyak saudagar dan orang Belanda yang makan di rumah makan tersebut. Dari sisi harga, rakyat jelata sebenarnya bisa menjangkau walau tidak bisa sesering para saudagar dan orang Belanda tersebut.

Atas alasan tidak ingin banyak berkontak dengan kedua kelompok tersebut, banyak orang dari kalangan rakyat jelata yang anggota keluarganya banyak itu memilih untuk membungkus nasi dari rumah makan Padang itu dan dimakan di rumah.

Mengetahui sikap para kaum kebanyakan itu,  pemilik restoran Padang berinisiatif memberi porsi nasi lebih kepada mereka yang membungkus. Tujuannya agar nasi yang dibungkus itu cukup dimakan sampai dua atau tiga orang mengingat zaman dulu orang “pribumi” miskin dan punya banyak anak. Jadi porsi nasi yang dibungkus itu bisa dimakan beramai-ramai di rumah. Jadi ada nilai sosial, solidaritas dan rasa prihatin dari pemilik restoran pada masa itu.

Kedua, selain alasan di atas, ada alasan lain yang lebih bersifat praktis, yakni karena biaya cuci piring juga diperhitungkan. Pemilik restoran Padang dikenal sangat detail dalam menjalankan bisnisnya. Atas keputusan pembeli untuk membungkus nasi, pemilik rumah makan tidak perlu mengeluarkan tenaga dan ait dan biaya untuk mencuci piring, karena menggaji orang dan membeli cairan pembersih.

Sebagai bentuk terima kasih, biaya yang tidak dikeluarkan itu “dihadiahkan” kepada sang pembeli yang memilih membungkus nasi dan membawa pulang. Porsi nasinya pun ditambah.

Sementara jika makan di tempat, sang pemilik harus membayar tukang cuci, menggunakan air dan harus membeli cairan pembersi. Belum lagi ada risiko piring jatuh dan pecah. Karena pengeluaran-pengeluaran tersebut, ditambah risiko piring pecah, maka muncul kebijakan mengurangi porsi nasi bagi mereka yang makan di tempat. Kalau menambah nasi, dikenakan biaya tambahan.

Semoga tulisan ini membantu Anda mengetahui rahasia di balik nasi Padang yang banyak kalau dibungkus itu. Sebab ada juga yang iseng menebak-nebak, kata mereka, “Pelayannya tahu yang bungkus itu kuat makan sehingga ditambahi nasinya, supaya nanti balik lagi”. Yang lain lagi mengatakan, “Tergantung yang layani. Kalau dia lihat yang minta bungkus datang dengan muka memelas, ya ditambah nasinya.”

Mohon pamit, penulis mau ke rumah makan Padang dulu untuk minta agar nasinya dibungkus, supaya dapat banyak nasi…. (tD)

Related Post

Leave a Reply