Sun. Dec 28th, 2025

Keluarga Kudus, Keluarga yang Berdoa

Keluarga Kudus Nasareth - Yesus, Maria dan Yosef

 P. Kimy Ndelo, CSsR, dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba

“Ketika tiba waktu penahiran mereka menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,” (Luk 2,22).

Dalam biografinya, Jenderal Douglas MacArthur, salah satu jenderal terkenal dalam perang dunia kedua, mengatakan: “Oleh profesi saya adalah seorang tentara dan saya bangga dengan hal ini. Tetapi sesungguhnya saya lebih bangga sebagai seorang ayah.

Adalah harapan saya bahwa ketika saya sudah meninggal, anak saya akan mengingat saya bukan dari medan perang melainkan dari dalam rumah, seraya mengulangi doa harian sederhana, ‘Bapa kami yang ada di surga.”

Keluarga yang kudus bukan keluarga tanpa masalah. Keluarga yang kudus bukan keluarga yang selalu bergembira. Keluarga yang kudus bukan keluarga yang hidupnya setengah malaikat.

Keluarga yang kudus adalah keluarga menghadapi setiap peristiwa hidup, baik suka maupun duka dalam terang iman. Keluarga kudus adalah keluarga yang dalam kegembiraan maupun kesusahan, mempersembahkan semuanya dalam tangan Tuhan.

Keluarga kudus adalah keluarga yang selalu membawa pengalaman hidupnya dalam doa.

Keluarga yang berdoa belajar dari Yesus bagaimana berdoa. Dalam banyak kesempatan Yesus berdoa. Secara pribadi Yesus berdoa sebelum memulai karyanya. Hal ini nampak dalam pengalaman di padang gurun selama 40 hari.

Pada saat bersama murid-muridnya dalam perjamuan terakhir Yesus memimpin doa komunitas. Setelah bangkit, dalam peristiwa Emaus Yesus juga berdoa bersama kedua murid.

Sebuah pepatah Yahudi kuno berbunyi: “Seorang yang tidak berdoa sebelum makan, dia mencuri dari Tuhan’”.

Ini memperlihatkan bahwa setiap hal yang kita peroleh dan miliki sesungguhnya berasal dari Tuhan sebagai pemilik utama. Kita dititipi sementara dan karenanya setiap ada kesempatan kita juga harus mengucapkan syukur.

Bacaan tentang Keluarga Kudus Nazaret yang mempersembahkan anak sulungnya di Bait Allah mempunyai dua arti. Pertama sebagai penyucian terhadap Maria setelah melahirkan (Hypanthe). Kedua, sebagai tebusan untuk anak sulung. Dengan membawa persembahan dan berdoa, putera sulung ditebus dari Tuhan karena dia sesungguhnya adalah milik Tuhan. Bayi Yesus diakui sebagai pertama-tama milik Tuhan, bukan milik keluarga yang melahirkan.

Di balik ini ada keyakinan iman, bahwa yang terbaik atau yang pertama dari milik kita adalah milik Tuhan. Apa pun yang kita anggap terbaik bukanlah milik kita pribadi. Itu adalah milik Tuhan. Doa membuat kesadaran ini selalu hidup dan kita terhindar dari kesombongan.

Jika dari kecil anak-anak diajar dan diajak untuk mencintai Tuhan yang tidak mereka lihat dengan setulus hati maka mereka juga akan mencitai orangtuanya yang mereka lihat setiap hati dengan cara yang sama.

Related Post