Tue. Oct 21st, 2025

5 Kutipan Inspiratif dari St. Gemma Galgani tentang Sengsara Yesus

Santa Gemma Galgani

Hidupnya terikat pada penderitaan Yesus. Dia menerima stigmata di tubuhnya dan meninggal pada Sabtu Suci.

Sejak usia dini, Gemma Galgani, yang pestanya dirayakan pada 11 April, memiliki cinta yang mendalam dan abadi kepada Kristus serta devosi kepada Sengsara-Nya yang Mahakudus.

Setelah menerima Komuni Pertama pada Hari Raya Hati Kudus, Galgani berkata kepada salah satu teman sekelasnya sambil menunjuk dadanya sendiri, “Saya merasakan api yang menyala di sini. Apakah kamu merasakannya juga?”

Galgani kemudian mengalami banyak penderitaan selama hidupnya yang singkat. Ibunya meninggal ketika ia masih muda dan Gemma dirundung kesehatan yang buruk dan penyakit. Ia selalu ingin masuk biara, tetapi tidak pernah diterima karena kondisi medisnya.

Namun, Tuhan memberinya banyak rahmat khusus untuk imannya yang saleh dan murni. Ia mengalami penampakan Yesus, serta penampakan St. Gabriel Possenti, seorang imam Pasionis.

Sebelum wafatnya, ia menerima stigmata, Luka-luka Kudus Kristus, pada tubuhnya, pada tanggal 8 Juni 1899, menjelang Hari Raya Hati Kudus.

Hal itu merupakan cara istimewa bagi Galgani untuk bergabung dengan Yesus dalam penderitaan-Nya di kayu salib dan mengalami apa yang Ia alami.

Stigmata itu memang menyakitkan, tetapi Galgani juga jatuh ke dalam ekstasi dan semakin mencintai Yesus.

Ia akhirnya wafat karena penyakit misterius, menderita dengan hebat pada Jumat Agung dan meninggalkan dunia ini pada Sabtu Suci, 11 April 1903.

Meskipun tidak pernah diizinkan masuk biara, Galgani dimakamkan dengan jubah Pasionis karena kehidupan rohaninya yang selaras dengan Ordo Pasionis.

Berikut adalah lima kutipan inspiratif dari St. Gemma Galgani tentang Sengsara Yesus, sebuah topik yang ia alami secara langsung selama hidupnya yang singkat di dunia.

Pertama: Pada saat itu Yesus menampakkan diri dengan semua luka-Nya yang terbuka, tetapi darah tidak lagi keluar dari luka-luka itu. Sebaliknya, nyala api memancar dari luka-luka itu dan dalam sekejap nyala api ini menyentuh tangan, kaki, dan hatiku. Aku merasa seperti akan mati.”

Kedua: “Izinkanlah aku memeluk-Mu, Mempelai Pria surgawi, sumber segala penghiburanku. Siapakah aku, sehingga berani berbicara kepada-Mu? Memang benar, aku ciptaan-Mu, tetapi aku jahat. Memang benar bahwa aku diciptakan oleh tangan-Mu, dan tangan-tangan itu sendiri, ya Yesus, aku tusuk dengan paku.

Aku terlambat, Yesus, untuk datang kepada-Mu…. Aku menemukan-Mu, Yesus…. Aku menemukan-Mu… Aku memanggil-Mu, aku memohon kepada-Mu, karena aku yakin. Tetapi di manakah Engkau? Di mana Engkau bersembunyi? Aku dapat mencium kehadiran-Mu. Berilah aku sayap, Yesus, untuk terbang ke rumah-Mu di surga.”

Ketiga: “Jika engkau sungguh-sungguh ingin mengasihi Yesus, belajarlah menderita terlebih dahulu, karena penderitaan mengajarkanmu untuk mengasihi.”

Keempat: “Ya Allahku, berikanlah aku, agar ketika bibirku mendekati bibir-Mu untuk mencium-Mu, aku dapat merasakan empedu yang diberikan kepada-Mu. Ketika bahuku bersandar pada bahu-Mu, buatlah aku merasakan deraan-Mu. Ketika dagingku menyatu dengan daging-Mu dalam Ekaristi Kudus, buatlah aku merasakan Sengsara-Mu. Ketika kepalaku mendekati kepala-Mu, buatlah aku merasakan duri-duri-M, dan ketika hatiku dekat dengan hati-Mu, buatlah aku merasakan tombak-Mu.”

Kelima: “Mengapa Engkau menderita bagiku, Yesus terkasih? Demi cinta! Paku-paku… mahkota… salib… semuanya demi cinta kepadaku! Demi-Mu aku rela mengorbankan segalanya. Aku mempersembahkan kepada-Mu tubuhku dengan segala kelemahannya, dan jiwaku dengan segala cintanya.” (Aleteia)

Related Post