


SURABAYA – PGIW Jawa Timur menggelar membedah buku berjudul Riwayat Hidup J.E. Jellesema – Sang Rasul Jawa pada 11 Oktober 2025 di Gedung GPIB Imannuel, Jl. Bubutan no. 69, Surabaya.
Tempat ini dipilih karena merupakan tempat bersejarah bagi komunitas Kristen Surabaya zaman dahulu. Bahkan Gedung yang berdiri sejak 1924 ini termasuk gedung cagar budaya di Surabaya yang sebelumnya bernama “Protestantsche Kerk”.
J.E Jellesma adalah salah satu misionaris Kristen dari Belanda yang sangat berperan di Jawa Timur pada tahun 1848 s/d 1858.
Perannya besar dalam menyatukan dua aliran yang saat itu berkembang di tengah kehidupan iman Kristen pribumi Jawa. Selain di Jawa Timur dia juga telah membantu pekabaran injil di Jawa Tengah.
Bedah atau bincang sejarah karya Wiryo Widianto ini dipandu oleh Pdt. Rully A. Haryanto sekaligus tuan rumah.
Wiryo Widianto dan Pdt. Em. Simon Filantropha (pendeta senior GKI) menjadi narasumber.
Acara ini dihadiri dari anggota gereja PGI di Jawa timur seperti utusan sinode: PGIS (Gresik, Mojokerto, Nganjuk, Madiun), Sinode dari GKIN, Mupel GPIB, Bethany, GAPI dan Jemaat gereja lokal di surabaya: dari GKJW, GKI, GKSI, GSJA, HKBP, GPPS.
Hadir juga lembaga mitra PGIW seperti LBH HOPE, PIKI, GAMKI, JKLPK, Pustakalewi serta peserta umum seperti mahasiswa sejarah dari Surabaya, Kediri dan Malang serta jurnalis Jawa Timur.
Dalam sambutannya Ketum PGIW Jatim, Pdt. Natael Hermawan Prianto, MBA, mengajak umat menghalau rasa inferior atau minder sebagai orang Kristen di Jawa Timur dengan membaca sejarah kekristenan.
“Kita ingin menunjukkan bahwa kekristenan di Jawa Timur telah hadir jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan, benih-benih Injil sudah ada sejak abad-abad sebelumnya,” Pdt. Natael.
Sebelum menguraikan bukunya, Wiryo Widianto menampilkan video hasil kerjasama dengan Bina Sabda yang menceritakan kisah hidup J.E. Jellesma dari kecil hingga menjadi Misionaris atau Zendeling yang di utus ke Hidia Timur (sebutan Indonesia saat itu).
Wiryo menjelaskan menjelaskan sejumlah peran penting Jellesma dalam pekabaran Injil di Jawa Timur.
Kata Wiryo, Jellesma berhasil menyatukan dua model ajaran yang dilakukan oleh dua pekabar Injil awam Johannes Emde di Surabaya dan C.L. Coolen di Ngoro, Jombang.
Ajaran keduanya berbeda karena cara menjadi Kristen karena yang satu menekankan penggunaan cara barat, sedangkan yang lain mengatakan bahwa untuk menjadi Kristen tidak perlu meninggalkan adat dan budaya Jawa dan tidak perlu ikut baptis.
Masing-masing pengikut mereka sangat fanatik terhadap pemimpinnya. Di sinilah Jellesma berperan menyatukan di Mojowarno, Jombang (peran Ekumene)
Jellesma juga mampu meletakkan dasar pendidikan untuk menyiapkan para pemimpin jemaat dan pemimpin desa dalam pewartaan Injil. Metode pemuridannya sangat bagus dan menjadi acuan bagi misionaris selanjutnya : “Zendingsmethode”
Ia juga mampu membantu pekabaran Injil di Jawa Tengah dengan mengirimkan muridnya membantu Pieter Jansz misionaris pertama dari gereja Mennonit Belanda. ( peran Ekumene).
Selain itu jelas Wiryo, Jellesma juga peduli dan membangun sisi sosial dan ekonomi dalam berkarya dengan membantu orang-orang miskin di daerahnya dengan menciptakan “Lumbung Miskin”. Dia mengenalkan pengobatan modern. “Semua ini dilakukan tanpa memandang iman yang dilayani (Lintas Iman)”.
Sementara itu, Pdt. Em. Simon Filantropha engatakan, Jellesma adalah tokoh pietis, semangat penginjilannya sangat tinggi. “Kesalehan pribadi seperti ini hendaknya masih hidup di tengah kita,” ungkapnya menyemangati.
Pemuridannya ala “Nyantrik Jawa”. Murid tinggal bersama guru, belajar dari kehidupan sehari-hari. Kehidupan bersama inilah yang menjadi inti pemuridan. “Bukan sekadar transfer ilmu, tetapi pembentukan karakter dan spiritualitas melalui teladan hidup,” kata Pdt. Simon.
Salah satu kekuatan utama Jellesma adalah kesediaannya untuk berkorban. Kehidupan pribadinya pun penuh pengorbanan. Ia kehilangan dua anaknya, dan harus menghidupi banyak orang dalam rumah tangganya. Kesediaan berkorban ini ditanamkan dalam keluarganya dan menjadi teladan bagi banyak orang.
Banyak hal menanrik, mengejutkan dan mengharukan dari Jellesma yang bisa ditemukan dalam buku terbitan BPK Gunung Mulia Jakarta ini. (Lapier/*)
