Tue. Oct 28th, 2025

Sukacita Misa Perdana Umat Berkebutuhan Khusus di Paroki Cijantung

Untuk pertama kalinya Gereja Santo Aloysius Gonzaga mengadakan Misa khusus untuk UBK. (ist)

JAKARTA  – Umat Paroki Cijantung merayakan Misa Perdana untuk Umat Berkebutuhan Khusus (UBK) pada hari Minggu, 26 Oktober 2025. Ini jelas sebuah langkah inklusif yang bersejarah di Gereja St Aloysius Gonzaga Paroki Cijantung.

Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Wilhelmus Ngongo Pala, CSsR, ini disambut dengan antusiasme dan sukacita. Misa tersebut dihadiri oleh puluhan UBK  bersama orang tua dan para pendamping.

Misa ini menjadi istimewa karena peribadatan dirancang untuk menjamin partisipasi penuh UBK.

Romo Willy dan petugas yang menjelaskan berbagai hal dalam Misa dengan bahasa isyarat,. (ist)

Penerjemah bahasa isyarat berdiri di samping depan altar, memastikan umat yang terganggu atau kehilangan pendengarannya dapat mengikuti setiap doa, bacaan, dan homili. Beberapa dari UBK terlibat sebagai petugas liturginya.

Homili Romo Wilhelmus Ngongo Pala, CSsR menekankan tentang kerendahan hati dalam berdoa dan tidak tergoda seperti orang Farisi yang membanggakan diri, menyebutkan kebaikan dan merendahkan orang lain. Justru doa yang diucapkan dengan kerendahan hati, penyesalan dan permohonan belas kasih justru didengarkan dan dibenarkan oleh Allah.

Romo yang akrab dengan panggilan Romo Willy menilai UBK ini merupakan karunia Allah yang dititipkan kepada para orang tua pilihan yang oleh Tuhan dipercayakan pasti mampu merawat secara sungguh-sungguh.

UBK ini bukan beban, melainkan sebagai anugerah dan bagian integral dari Tubuh Kristus. Romo Willy menegaskan tidak berkeberatan apabila UBK untuk dapat terlibat dalam misa umum seperti biasanya dikarenakan ada kesungguhan para orang tua untuk turut terlibat mendampingi.

Reta, salah satu ibu yang mendampingi anaknya yang berkebutuhan khusus dalam hal pendengaran mengungkapkan sharing saat homili dengan penuh rasa haru dan sukacitanya.

Ia  sempat merasakan bagaimana dalam situasi yang terpuruk dan terlebih kecewa kepada Tuhan atas apa yang dialami oleh putrinya serta mempertanyakan mengapa Tuhan menitipkan ini kepadanya.

Setelah mencoba berdamai dengan hatinya dengan seraya memohon bimbingan Tuhan dalam setiap doanya, Reta akhirnya mendapatkan petunjuk dan melakukan yang terbaik untuk putrinya sampai dengan saat ini.

Reta berpesan supaya para orang tua yang tengah mendapatkan titipan oleh Tuhan untuk terus tetap semangat dan berjuang yang terbaik untuk putra-putrinya yang berkarunia khusus.

Indri selaku Koordinator Komunitas UBK Paroki Cijantung merasa bergembira atas penyelenggaraan misa perdana.

Istimewanya, komunitas ini terbentuk pada yahun Yubileum sebagai Tahun Kerahiman bertema “Peziarah Pengharapan”.

Menariknya,  Ardas KAJ 2025 ini bertema”Kepedulian Lebih Kepada Saudara yang Lemah dan Miskin”. Dirasakan, penyelenggaraan Misa tersebut sebagai aksi nyata kepedulian yang dilandasi iman dan pengharapan.

Komunitas ini memakai Pelindung Santa Maria dari Castello yang dihormati sebagai pelindung bagi penyandang disabilitas.

Dalam hidupnya, Santa Maria dari Castello mengalami berbagai disabilitas fisik namun memiliki kesucian, kerendahan hati dan pengabdian kepada Allah melayani orang sakit dan miskin.

Komunitas UBK Paroki Cijantung berharap misa ini bukan hanya menjadi acara sesaat, tetapi akan menjadi agenda rutin paroki. Bukan hanya tentang misa, tetapi juga tentang pembinaan iman yang berkelanjutan untuk UBK dan keluarga mereka.

Langkah ini menandai babak baru dalam pelayanan di Paroki Cijantung  yang semakin serius mewujudkan komunitas iman yang utuh, setara, dan ramah bagi setiap ciptaan Tuhan. (Beny Wijayanto)

Related Post