


JAKARTA – Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 yang berlangsung pada tanggal 3-7 November 2025 di Mercure Covention Center Ancol, Jakarta mengusung tema Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan: Menjadi Gereja Sinodal yang Misioner untuk Perdamaian.
Dengan tema ini Gereja Katolik menyadari dirinya sebagai persekutuan umat Allah yang sedang berjalan bersama secara intern (seluruh elemen Gereja Katolik) dan ekstern (Gereja Katolik bersama dengan saudara-saudari dari berbagai agama, kepercayaan, budaya dan golongan yang berbeda-beda) untuk mewartakan kasih Allah bagi semua orang dan semua makhluk ciptaan.
Berjalan bersama yang di dalamnya ada nilai solidaritas, subsidiaritas, seperasaan-sependeritaan, saling menghargai dan menghormati, saling melayani dan berkorban, merupakan kekuatan yang luar biasa untuk terus mewartakan kebaikan, keadilan, dan kedamaian, di tengah zaman yang terus berubah.
Di samping itu, berjalan bersama juga dapat membantu mencari solusi dari berbagai persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa ini seperti seperti soal kerusakan lingkungan hidup, korupsi, kesenjangan hidup, intoleransi, kekerasan, ketidakadilan gender, dan masih banyak yang lain.
Dengan tema berjalan bersama tersebut, SAGKI menjadi kesempatan bagi Gereja Katolik untuk membangun sikap saling mendengarkan, mengembangkan dialog yang setara, memperbarui komitmen, dan menggali serta memberdayakan berbagai potensi yang ada untuk turut mewujudkan misi Kristus di dunia ini, yaitu terwujudnya hidup damai sejahtera dalam arti yang sebenarnya.
Terkait dengan hal ini, Paus Leo XIV dalam sambutan perdananya untuk kota dan dunia ”Urbi et Orbi” pada tanggal 8 Mei 2025, beberapa saat setelah terpilih sebagai Paus, menyapa dengan kalimat ”Damai sejahtera untuk kalian semua.”
Dunia sedang membutuhkan suasana hidup yang damai dan Gereja tidak bisa tinggal diam. Gereja harus ambil bagian dalam menciptakan tata kehidupan bersama yang harmonis, rukun, tenteram, dan mengembangkan.
Lebih lanjut Bapa Suci mengatakan bahwa ”…. Kita harus bersama-sama mencari cara untuk menjadi Gereja yang misioner, Gereja yang membangun jembatan dan dialog, selalu terbuka untuk menyambut seperti lapangan ini dengan tangan terbuka—semua orang yang membutuhkan belas kasih, kehadiran, dialog, dan kasih kita.”
Kekuatan dari semangat berjalan bersama di tengah berbagai perbedaan sudah dialami oleh bangsa Indonesia, bahkan sejak sebelum kemerdekaan, yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928 ketika para pemuda dan pemudi dengan lantang mengucapkan Sumpah Pemuda di mana mereka bertekad untuk berjalan bersama mencintai bangsa ini dan berjuang untuk melawan para penjajah.
Penjajah bisa diusir dari bumi pertiwi ini juga tidak lepas dari komitmen para pahlawan dan pendiri bangsa ini yang selalu ”berjalan bersama” meskipun berbeda-beda suku, agama, budaya, dan warna kulit. Sampai sekarang kebersamaan di tengah berbagai macam perbedaan itu terangkum dalam semboyan bersama kita, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Berjalan bersama untuk menjalankan misi dan mewujudkan hidup bersama yang damai di tengah berbagai macam persoalan yang ada saat ini menjadi hal yang menarik sekaligus menantang. Salah satu hal penting yang dibutuhkan dalam hal ini adalah pengharapan dan pengharapan ini hadir sebagai kekuatan rohani yang mendukung berbagai aksi misi.
Paus Fransiskus dalam dokumen Spes non Confundit (Pengharapan Tidak Mengecewakan) no. 3, sebagai Bulla yang menandai dimulainya Yubileum biasa tahun 2025 menyatakan bahwa pengharapan itu bisa bertahan dalam berbagai cobaan karena didasarkan pada iman, dan dipupuk dalam amal kasih sehingga dengan harapan itu kita dimampukan untuk terus berjalan dalam kehidupan.
Seperti yang dikatakan oleh Santo Agustinus: “Apa pun keadaan hidup kita, kita tidak dapat hidup tanpa ketiga kecenderungan jiwa ini, yaitu iman, harapan, dan kasih”. Gereja Katolik sebagai persekutuan umat beriman bersama dengan semua pihak yang berkehendak baik berjalan bersama untuk menjadi tanda pengharapan bagi saudara-saudari kita yang menderita.
Dalam rangka mempererat dan meningkatkan kebersamaan dalam semangat berjalan bersama tersebut, dalam prosesnya, SAGKI nanti juga akan ada sesi sharing/ berbagai pengalaman tentang berjalan bersama dari orang muda, lansia, penyandang disabilitas, aktivis lingkungan hidup, dan para tokoh agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia ini.
Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) pada tahun ini merupakan penegasan dan kesempatan bagi Gereja Katolik Indonesia sebagai persekutuan umat Allah yang sedang berjalan bersama dalam pengharapan untuk semakin bersemangat dalam menjalankan misinya demi semakin tegaknya Kerajaan Allah di bumi Indonesia ini.(*)


