
WEETEBULA, SUMBA, NTT – Pagi itu, matahari Weetebula bersinar hangat. Langit cerah dan biru, seolah ikut menyapa dan merayakan hari besar yang penuh makna.
Angin bertiup lembut, membawa rasa damai yang tak biasa. Tanggal 5 Juni 2025 akan selalu dikenang sebagai hari sukacita di Katedral Roh Kudus Weetebula, tempat sembilan frater Redemptoris ditahbiskan menjadi diakon oleh Mgr. Edmund Woga, CSsR.
Tema tahbisan kali ini sederhana namun penuh makna: “Kepada Kasih setia-Mu Aku Percaya.” Ini sebentuk seruan iman, ungkapan penyerahan diri, dan harapan yang tulus dari para frater yang bersiap untuk melayani.
Mereka yang menerima tahbisan diakon hari itu:
Frater Akuila Maris, CSsR – dari Keuskupan Ruteng, Paroki St. Maria Assumpta Sita, Borong.
Fr. Andreas Beda Asimu, CSsR – dari Keuskupan Larantuka, Paroki St. Petrus dan Paulus Lamalera, Lembata.
Fr. Dominikus Maxi Bulu, CSsR – dari Keuskupan Weetebula, Paroki St. Mikhael, Elopada.
Fr. Fransiskus Tibu Kelen, CSsR – dari Keuskupan Larantuka, Paroki Santa Maria Imaculata, Lewolaga.
Fr. Fulgensius Avelinus Ora, CSsR – dari Keuskupan Weetebula, Paroki St. Klemens, Katiku Loku.
Fr. Heribertus Geroda Hayon, CSsR – dari Keuskupan Larantuka, Paroki St. Fransiskus Xaverius, Menanga.
Fr. Kristoforus Akri Deodatus, CSsR – dari Keuskupan Maumere, Paroki St. Yosef Freinademetz, Bolawolon.
Fr. Sirilus Yosep Rebang Muda, CSsR dari Keuskupan Larantuka, Paroki Lewatobi
Fr. Yohanes Lambertus Haeng, CSsR, Keuskupan Larantuka, Paroki St. Lautensius, Hadakewa

Dalam homilinya, Mgr. Edmund mengajak umat dan para diakon baru untuk belajar dari kisah para rasul.
Uskup mengingatkan bahwa sejak awal, tugas diakon bukanlah hal sembarangan. Dalam Surat Paulus kepada Timotius jelas Uskup, seorang diakon harus memiliki hidup yang terhormat—bukan orang yang suka bicara dua arah, bukan pecandu anggur atau orang serakah.
Seorang diakon harus menjaga hati nurani yang bersih, setia dalam iman, dan hidup dengan integritas, termasuk dalam keluarga.
“Pelayanan gereja itu bukan ajang main-main,” ujar Uskup. “Ini panggilan untuk menyerahkan diri secara utuh, bahkan siap menjadi martir demi Injil,” tegas Uskup.
Uskup Edmund juga mengajak para diakon untuk menjadi pelayan yang mampu membaca tanda-tanda zaman dan peka terhadap kebutuhan sosial. Mereka harus terbiasa duduk bersama, berdialog, mencari solusi, dan bertindak bersama sebagai Gereja.
Ia menegaskan bahwa ketaatan kepada pimpinan Gereja adalah bagian dari cara Roh Kudus bekerja. Dalam ketaatan, para pelayan turut serta dalam karya keselamatan yang lebih besar dari diri mereka sendiri.
Perayaan tahbisan ini dihadiri oleh para konfrater Redemptoris, keluarga, sahabat, kenalan, dan umat dari berbagai paroki. Suasana penuh kegembiraan, rasa haru, dan kebanggaan terasa di sepanjang liturgi.
Setelah misa, sukacita pun dilanjutkan dengan perayaan bersama, penuh tawa, pelukan hangat, dan lagu “Gaudeamus” yang menggema meriah.
Kini, kesembilan diakon ini akan melanjutkan karya pelayanan mereka di berbagai tempat di Sumba dan Flores. Jika Tuhan berkenan, mereka akan ditahbiskan menjadi imam pada 22 Oktober mendatang. (Pater Willy Ng. Palla, CSsR)
