
Pater Ibrahim Faltas menyampaikan kesaksian mengerikan dari Adam, satu-satunya yang selamat dari 10 saudara kandung.
Dalam seruan yang kuat yang diterbitkan oleh Vatican News, Pater Ibrahim Faltas, Vikaris Hak Asuh Tanah Suci, mengutuk kekerasan yang sedang berlangsung di Gaza. Dia fokus mengenai dampaknya yang menghancurkan pada anak-anak.
Pesannya disampaikan setelah tewasnya sembilan saudara kandung dalam serangan udara Israel (30/5), sehingga hanya tinggal seorang anak, Adam, dari antara saudara-saudara yang tersisa.
Menurut Romo Faltas, anak-anak tersebut berada di rumah bersama ayah mereka, Hamdi, ketika bangunan itu dihantam oleh dua rudal. Sembilan anak meninggal.
Adam dan ayahnya berhasil diselamatkan dari reruntuhan dalam keadaan hidup, tetapi dalam kondisi kritis.
Ibu mereka, Alaa, seorang dokter anak yang bertugas di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, menerima mereka di rumah sakit.
Kedua orang tua mereka adalah tenaga medis yang telah menghabiskan waktu berbulan-bulan merawat anak-anak yang terluka di tengah kekurangan pasokan di masa perang.
Intervensi Pater tersebut, yang berjudul “Anak-anak dan Bayi-bayi di Gaza Bukanlah Musuh,” diterbitkan pada tanggal 26 Mei dalam beberapa bahasa. Termasuk laporan langsung tentang serangan itu dan mempertanyakan alasan moral di balik serangan yang menargetkan rumah dan sekolah warga sipil.
“Usia kehidupan yang paling indah dan jujur sedang dinodai oleh amoralitas kekerasan dan absurditas kebencian,” tulisnya.
“Anak-anak bukanlah musuh. Ketika kita melindungi mereka, ketika kita membela hak-hak mereka, mereka tumbuh menjadi orang-orang yang cinta damai.”
Pater Faltas juga merujuk pada serangan udara terpisah yang dilaporkan menghantam sebuah sekolah pada pagi yang sama.
Sebuah video yang beredar daring memperlihatkan seorang gadis muda berusaha melarikan diri saat api mendekat. Ia menggambarkan kejadian itu sebagai lambang keruntuhan moral yang lebih luas: “Kekerasan menggerogoti hati manusia seperti asam.”
Kemanusiaan bersama
Penjaga Tanah Suci, di bawah Ordo Fransiskan, telah lama melayani komunitas Kristen di Timur Tengah, termasuk melalui pendidikan, perawatan kesehatan, dan layanan sosial.
Romo Faltas, seorang Fransiskan kelahiran Mesir, telah menjadi pendukung vokal untuk nonkekerasan dan dialog selama konflik-konflik sebelumnya di wilayah tersebut.
Ia menyebut nama “Adam” – bahasa Ibrani untuk “bumi” – untuk menekankan kemanusiaan bersama.
“Apakah ibu ini, yang melahirkan 10 anak, melahirkan musuh?” tanyanya. “Apakah ia tidak menyelamatkan anak-anak orang lain dengan tangannya, terlepas dari siapa mereka?”
Meskipun Vatikan belum merilis pernyataan diplomatik resmi terkait insiden tersebut, artikel tersebut mengisyaratkan kekhawatiran dalam Gereja Katolik tentang korban jiwa dari konflik tersebut, terutama bagi anak-anak.
Pater Faltas mengakhiri refleksinya dengan memuji ketangguhan ibu Adam, yang terus melayani sebagai dokter meskipun mengalami kehilangan pribadi.
“Hatinya terluka,” tulisnya, “Tetapi masih ada ruang untuk cinta, masih ada ruang untuk menyebarkan perdamaian.”
Artikel tersebut menggemakan seruan Vatikan sebelumnya untuk gencatan senjata segera dan koridor kemanusiaan ke Gaza.
Paus Fransiskus berulang kali menyerukan perlindungan warga sipil dan jalan yang dinegosiasikan menuju perdamaian, dengan menyatakan bahwa setiap kehidupan manusia adalah suci.
Bapa Suci melakukan panggilan telepon rutin ke satu-satunya paroki Katolik di Gaza. Ia juga secara khusus mengatakan bahwa harus ada penyelidikan terhadap kemungkinan terjadinya genosida di Gaza. (Aletia)
