Sat. Jul 27th, 2024

Michael Jordan dan Tangis Harunya, Tak Ada Alasan untuk Remehkan Diri Sendiri

Michael Jordan, legenda basket sejagad raya.

 

Michael Jeffrey Jordan lahir 17 Februari 1963. Dia adalah pemain bola basket professional dan sangat terkenal dari daerah kumuh Brooklyn, New York.

Di bidang olah raga, khususnya dalam cabang olahraga basket, dia tidak ada duanya. Setidaknya, enam kali merebut kejuaraan NBA bersama tim Chicago Bulls (1991-1993, 1996-1998) dan merebut gelar pemain terbaik.

Jordan berasal dari keluarga miskin. Dia memiliki empat orang saudara. Sementara itu, upah ayahnya yang rendah tidak cukup untuk menafkahi keluarga. Semenjak kecil, selain miskin juga mengalami kehidupan yang penuh diskriminasi. Dengan situasi itu, Jordan sama sekali tidak bisa melihat harapan masa depannya.

Ketika ia berusia tiga belas tahun, ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya dan bertanya, “Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?”

Jordan menjawab, “Mungkin 1 dollar.”

Ayahnya kembali berkata, “Bisakah dijual seharga 2 dollar? Jika engkau berhasil menjualnya, berarti telah membantu ayah dan ibumu.”

Jordan menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Saya akan mencobanya, tapi belum tentu bisa berhasil.”

Dengan hati-hati dia mencuci pakaian itu hingga bersih. Karena tidak ada setrika untuk melicinkan pakaian, ia meratakan dengan sikat di atas papan datar, kemudian dijemur sampai kering.

Keesokan harinya, dia membawa pakaian itu ke stasiun bawah tanah yang ramai dan menawarkan lebih dari enam jam. Akhirnya Jordan berhasil menjual pakaian itu. Setelah memegang lembaran uang 2 dollar dia berlari pulang.

Setelah itu, setiap hari ia mencari pakaian bekas, lalu dirapihkan kembali dan dijualnya di keramaian.

Lebih dari sepuluh hari kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, “Coba engkau pikirkan bagaimana caranya menjual pakaian ini hingga seharga 20 dolar?”

Kata Jordan, “Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling tinggi nilainya hanya 2 dollar.”

Ayahnya kembali memberikan inspirasi, “Mengapa engkau tidak mencobanya dulu? Pasti ada jalan.”

Michael Jordan

Memberi Nilai Lebih pada Baju Bekas

Akhirnya, Jordan mendapatkan satu ide. Ia meminta bantuan sepupunya yang belajar melukis untuk menggambarkan Donal Bebek yang lucu dan Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu.

Lalu ia berusaha menjualnya di sebuah sekolah anak orang kaya. Tak lama kemudian seorang pengurus rumah tangga yang menjemput tuan kecilnya membeli pakaian itu untuk tuan kecilnya. Tuan kecil yang berusia sepuluh tahun itu sangat menyukai pakaian tersebut, sehingga ia memberikan tip 5 dolar. Tentu saja 25 dollar adalah jumlah yang besar bagi Jordan, setara dengan satu bulan gaji dari ayahnya.

Setibanya di rumah, ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya, “Apakah engkau mampu menjualnya kembali dengan harga 200 dolar?” Mata ayahnya tampak berbinar.

Kali ini, Jordan menerima pakaian itu tanpa keraguan sedikit pun. Dua bulan kemudian kebetulan aktris film populer Charlie Angels, Farah Fawcett datang ke New York melakukan promo.

Setelah konferensi pers, Jordan pun menerobos pihak keamanan untuk mencapai sisi Farah Fawcett dan meminta tanda tangannya di pakaian bekasnya. Ketika Fawcett melihat seorang anak yang polos meminta tanda tangannya, ia dengan senang hati membubuhkan tandatangannya pada pakaian itu.

Jordan pun berteriak dengan sangat gembira, “Ini adalah sehelai baju kaus yang telah ditandatangani oleh Miss Farah Fawcett, harga jualnya 200 dollar!” Ia pun melelang pakaian itu, hingga seorang pengusaha membelinya dengan harga 1.200 dollar.

Sekembalinya ke rumah, ayahnya dengan meneteskan air mata haru berkata, “Tidak terbayangkan bahwa engkau berhasil melakukannya. Anakku! Engkau sungguh hebat!”

Malam itu, Jordan tidur bersama ayahnya dengan kaki bertemu kaki. Ayahnya bertanya, “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian yang sudah kau lakukan, apakah yang berhasil engkau pahami?”

Jordan menjawab dengan rasa haru, “Selama kita mau berpikir dengan otak, pasti ada caranya.”

Ayahnya menganggukkan kepala, kemudian menggelengkan kepala, “Yang engkau katakan tidak salah! Tapi bukan itu maksud ayah. Ayah hanya ingin memberitahumu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia yang hidup?

Kita berkulit lebih gelap dan lebih miskin, tapi apa bedanya? Tergantung bagaimana kita mendayagunakan potensi yang ada dalam diri kita masing-masing.”

Seketika dalam pikiran Jordan seakan ada matahari yang terbit. Sehelai pakaian bekas saja bisa ditingkatkan harkatnya, lalu apakah saya punya alasan untuk meremehkan diri sendiri?

Sejak saat itu, dalam hal apa pun, Michael Jordan merasa bahwa masa depannya indah dan penuh harapan. Dia mengasah potensinya hingga akhirnya dia menjadi salah seorang pemain basket terhebat di dunia dan menjadi salah seorang atlet terkaya. (Pungut)

Related Post