Wed. Oct 16th, 2024
Para peserta antusias mengikuti pelatihan.

TEMPUSDEI.ID (29/11/21)-Kementerian Agama Kota Bekasi menyelenggarakan pelatihan peningkatan kompetensi profesional guru pendidikan agama Katolik se-Kota Bekasi di Asialink Premier Hotel, Karawang (27-29 November 2021).

Seperti dijelaskan Penyelenggara Katolik Kota Bekasi, Yulis Sundari, pelatihan tersebut dimaksudkan untuk membantu para guru dalam menyiapkan dan menyajikan bahan ajar yang menarik berbasis aplikasi dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan komunikatif. Karena itu, selain diberikan materi yang berhubungan dengan penggunaan teknologi, ada pula materi menyangkut kepenulisan.

Sebagian guru berfoto bersama pembicara (tengah) usai pelatihan. (Foto: Gabriel)

Untuk materi kepenulisan, panitia mengundang Emanuel Dapa Loka, seorang wartawan dan penulis biografi. Pada bagian ini Emanuel menjelaskan bahwa menggunakan bahasa Indonesia yang benar, kapan dan di mana pun itu penting. “Kesepakatan kita sebagai bangsa adalah menggunakan Bahasa Indonesia dalam komunikasi. Nah! Kita pun harus gunakan bahasa dengan benar agar kita saling mengerti,” jelasnya.

Di hadapan 45 orang guru Emanuel berbicara tentang cara mengumpulkan materi, mengolah dan menyajikan tulisan berita dan kisah dalam bahasa Indonesia yang baik dan memikat.

Jelasnya, pada dasarnya setiap orang sudah biasa melakukan reportase, hanya mungkin belum lengkap. “Kalau ingin reportase yang kita lakukan lengkap, apalagi dalam bentuk ‘berita’ di media, maka lengkapi dan cermati unsur 5 W + 1 H dalam berita itu,” jelasnya.

Kata Emanuel lebih jauh, para guru pun bisa membuat laporan kegiatan di sekolah atau di sekitarnya lalu kirim ke media yang ada. “Tidak sulit, terapkan saja 5 W + 1 H itu. Rangkai semuanya dengan baik, lancar, gunakan tata bahasa yang baik. Lakukan terus-menerus, bapak ibu pasti bisa hasilkan berita yang baik,” ungkapnya menyemangati.

Namun, ungkapnya mengingatkan, banyak hal lain yang harus dipelajari dan diperhatikan untuk mencapai hasil karya yang baik dan berkualitas. “Tapi mulai dulu dengan hal sederhana ini,” tambahnya.

Yang dilaporkan oleh seorang jurnalis, jelas alumnus Seminari Mertoyudan ini lagi, harus berbasis fakta. “Tidak boleh menulis sesuatu yang tidak pasti, tidak jelas atau hanya dari dengar-dengar. Penyampaiannya pun harus dengan bahasa yang sederhana, kalimatnya bermakna tunggal, kalimat tidak panjang-panjang dan dengan logika yang normal,” tegasnya sambil memberi sejumlah contoh.

Para peserta antusias dan terlibat aktif, termasuk ketika diminta untuk latihan membuat berita singkat dari pelatihan selama tiga jam itu.

Emanuel juga mengatakan, menulis atau menjadi pewarta bukanlah pekerjaan yang terlalu sulit. “Bapak dan Ibu pasti bisa. Terapkan saja ilmu sederhana hari ini, lakukan secara terus-menerus, akan ada hasilnya,” lagi-lagi sambil menunjuk contoh dari pengalamannya.

Wartawan tempusdei.id ini bercerita bahwa dari ketekunannya menulis kesaksian dan profil orang, dia telah menghasilkan beberapa buku kumpulan kisah, antara lain Orang-orang Hebat; dari Kata Kaki ke Mata Hati. “Bapak ibu pun bisa. Ayo lakukan,” pungkasnya menyemangati. (Gabriel Mala, ST, Guru SMK Yadika 13 Tambun Bekasi, Peserta pelatihan)

 

 

Related Post