Kita dan Peran dalam Misi Allah

Oleh Pater Remmy Sila, CSsR, Superior Misi Redemptoris di Samoa, Provinsi Oceania

TEMPUSDEI.ID (11 JULI 2021)

Hari ini kita diajak untuk merenungkan cara Tuhan memilih orang untuk misi tertentu dalam karya penyelamatan-Nya terutama di dalam Gereja-Nya. Kebanyakan orang sering berpikir bahwa dia tidak pantas ikut ambil bagian dalam panggilan dan perutusan Tuhan. Bahkan ada juga yang menganggap urusan panggilan dan perutusan oleh Tuhan itu urusan kaum berjubah.

Padahal setiap orang yang telah menerima pembaptisan secara resmi sudah dipanggil dan diutus untuk ikut mewartakan kerajaan Allah melalui cara dan jalan yang berbeda-beda.

Bacaan dari Amos 7: 12-15 mewartakan kepada kita tentang panggilan Amos. Panggilan Tuhan bagi Amos adalah sesuatu mengejutkan bagi Amos. Keterkejutan itu nampak dari pengakuan Amos sendiri: “Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi Tuhan mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umatku Israel” (Am 7: 14-15).

Kebanyakan orang sering merasa dan berpendapat bahwa dia tidak pantas dipanggil Tuhan untuk ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan dunia. Tugasnya hanya menjalankan pekerjaan rutinnya untuk mencari nafkah bagi dirinya dan bagi keluarga. Banyak orang tidak menyadari bahwa pekerjaan rutinya atau profesinya adalah sebuah panggilan dan medan perutusan dari Tuhan.

Dengan menerima Sakramen Pembaptisan, masing-masing kita dipanggil untuk mengambil peran dalam 3 tugas utama Yesus: menjadi imam, nabi dan raja. Sebagai imam, setiap orang beriman hendaknya secara aktif berpartisipasi dalam dalam kehidupan sakramen dan liturgi terutama Sakaramen Ekaristi dan Sakaramen Tobat.

Demikian juga setiap orang beriman harus berusaha untuk hidup kudus dengan mengasihi Allah dan sesama. Sebagai raja, setiap orang beriman hendaknya berpartisipasi secara aktif dalam tugas-tugas pelayanan.

Setiap orang beriman hendaknya memandang jabatan atau profesinya bukan sebagai sebuah kesempatan untuk main kuasa tetapi untuk melayani dengan setia, tulus dan jujur. Jabatan atau kedudukan seorang pengikut Yesus bukanlah kesempatan untuk dilayani melainkan kesempatan untuk melayani.

Seorang pengikut Yesus dipanggil dan diutus menjadi nabi dalam arti bahwa ia hendak terus menerus berpegang teguh pada kebenaran dan hidup menurut kebenaran yang diajarkan oleh Yesus dan Gereja. Dan kita wajib mewartakan kebenaran serta mempertahankan kebenaran apapun risikonya..

Bacaan dari Efesus 1: 3-14, Santo Paulus menegaskan tema yang sama, yaitu panggilan kita di dalam Yesus. ”Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya” (Ef 1: 4-6).

Jadi kita dipanggil dan kita dipilih kasih kasih-Nya dan demi kemuliaan-Nya. Maka hidup kita harus dipakai untuk memuliakan nama-Nya.

Injil Markus hari ini mewartakan kepada kita tentang pengutusan kedua belas rasul. Kedua orang yang disebut rasul ini adalah kelompok khusus yang dipilih secara khusus oleh dari para pengikut-Nya. Mereka diutus pergi berkeliling mewartakan kerajaan Allah, menyerukan pertobatan, mengusir setan, mengurapi orang sakit dan menyembuhkan orang sakit. Mereka diberi tugas misi secara khusus. Namun itu tidak meniadakan panggilan umum setiap orang beriman untuk ikut ambil bagian dalam tiga tugas utama Yesus sebagaimana sudah saya singgung.

Kita tentu masih ingat bahwa sebelum Konsili Vatikan II, kebanyakan orang berpendapat bahwa urusan Gereja dan misi adalah urusan para imam dan kaum biarawan-biarawati. Dalam Konsili Vatikan II ada pembaruan pandangan sehingga semua orang beriman mendapat pengakuan dan perannya dalam Gereja.

Dan hal ini sebenarnya bukanlah suatu ajaran yang baru karena sejak Gereja Perdana setiap orang beriman sudah memainkan perannya dalam perkembangan Gereja. Konsili Vatikan II sebenarnya hanya mengingatkan kembali tentang hakikat Gereja sejak awal. Konsili Vatikan sebenarnya mau mengingatkan bahwa kita semua adalah Gereja dan masing-masing kita memiliki peran khusus di dalamnya.

Oleh karena itu, hari ini kita sekali lagi diundang untuk kembali menyadari panggilan dan peran kita masing-masing yang telah Tuhan percayakan kepada kita untuk mengembangkan kerajaan-Nya. Peran itu diberikan kepada kita masing-masing melalui tugas dan pekerjaan kita: sebagai seorang petani, seorang tukang, supir, pelayan toko, guru, wartawan, petugas kesehatan, aparat keamanan, kepala desa, camat, bupati, gubernur, politisi, dan sebagainya. Semuanya adalah peran yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita dalam rangka ikut mengembangkan kerajaan-Nya di dunia ini.

Marilah kita menjalankan tugas dan peran kita dengan senantiasa menjadikan Tuhan sebagai “majikan” kita dan nilai-nilai kerajaan Allah sebagai pedoman kita dalam menjalankan peran kita tersebut.

Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati

Leave a Reply