Thu. Oct 10th, 2024

Paseduluran Brayat Minulya Nusantara Ajak Hidupi Semangat Santo Yosef pada Zaman Ini

Buku persembahan Paseduluran Brayat Minulya Nusantara.

TEMPUSDEI.ID (12 JUNI 2021)

Bapa Suci Paus Fransiskus menulis “Patris Corde” – Surat Apostolik Paus Fransiskus untuk memperingati 150 tahun deklarasi Santo Yosef sebagai  Pelindung Gereja Semesta. Surat yang ditulis  dengan latar belakang Pandemi Covid-19 ini membantu kita melihat lebih jelas pentingnya  orang-orang “biasa” yang, meski jauh dari pusat perhatian,  tetap sabar dan menawarkan harapan setiap hari.  Dalam hal ini,  mereka menyerupai Santo Yosef, “orang yang kehadirannya sehari-hari tidak diperhatikan, bijaksana dan tersembunyi”. Meski demikian, ia memainkan “peran yang tak tertandingi dalam sejarah keselamatan.”

Dalam rangka Surat Apostolik tersebut, Paseduluran Brayat Minulya Nusantara (PBMN) mengeluarkan buku berjudul Santo Yosef dan Kita, Bunga Rampai Pengalaman Iman. Paseduluran Brayat Minulya Nusantara terdiri dari para pria yang memiliki semangat yang sama, untuk melanjutkan cita-cita merasul di bidang apa saja, dalam naungan Keluarga Kudus Nazareth. Kebanyakan dari mereka adalah para pekerja, pria kepala rumah tangga, bapak dari anak-anak.

Mereka mencoba merefleksikan diri, sejauh mana Santo Yosef, suami Maria, ayah Yesus dari Nazareth, berperan dalam hidup sehari-hari,” ungkap Thomas Suhardjono, ketua PBMN, dalam sambutan pada buku ini.

Wujud Syukur

Dalam Kata Pengantar, Romo Aloysius Yuli Dwianto, MSF Rektor Skolastikat MSF – Biara Nazareth Yogyakarta menyebutkan, “Tulisan-tulisan yang disusun oleh para anggota PBMN ini adalah wujud syukur atas teladan Santo Yosef. Semua tulisan yang merupakan pengalaman hidup ini adalah refleksi sukacita mereka untuk menyambut Tahun Santo Yosef. Tentu saja, bunga rampai yang berisi refleksi iman, doa, lagu, puisi, karya fiksi dan sharing pribadi ini menyoroti pribadi yang sama, Santo Yosef, “seorang bapak dalam bayang-bayang” yang “menempatkan Maria dan Yesus sebagai pusat kehidupannya” (Patris Corde 7) ini memberikan inspirasi untuk semakin memahami teladan seorang beriman yang dengan kerendahan hati, ketulusan dan kepercayaan yang besar akan penyelenggaraan Allah serta melaksanakannya dengan sepenuh hati dalam perjuangan hidup kita sehari-hari.”

Editor buku “Santo Yosef dan Kita,” Paulus Subiyanto berhara buku ini bisa memberi kontribusi bagi pembaca khususnya sehubungan dengan penghayatan nilai-nilai, keutamaan hidup dan devosi kepada Santo Yosef. Bagi para penulis, karya ini bisa sebagai upaya memaknai pergulatan hidupnya sebagaimana disampaikan Victor Frankl, seorang penyintas dari kejamnya Kamp Konsentrasi Nazi, “Life is searching for meaning”.

Dari hasil penelitiannya terhadap para penyintas, mereka yang tetap survive dari kekelaman hidup adalah mereka yang bisa melihat bahwa hidup itu ada maknanya.

Romo YB. Prasetyantha, MSF, dosen Teologi Dogmatik, Sistematik dan Komparatif Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta mengakui, bunga rampai pengalaman iman ini sangat berguna karena berisi pandangan, pemahaman, gambaran dan penghayatan iman yang sejalan dengan Ajaran Gereja. Sama berlaku untuk Bunda Maria, demikian juga berlaku untuk Santo Yosef apa yang dikatakan oleh Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatik tentang Gereja bahwa Pengantara kita hanya satu, yakni Yesus Kristus (1Tim 2:5-6).

Dalam hal itu, peran Bunda Maria dan Santo Yosef tidak mengurangi pengantaraan Kristus yang tunggal itu, melainkan justru menunjukkan kekuatannya (LG 60). Gereja mendorong kebaktian kepada Maria dan Santo Yosef terutama yang liturgis sekaligus mengingatkan untuk mencegah ungkapan yang berlebihan, palsu dan picik (LG 67).

Buku ini adalah buku iman yang bermanfaat sebagai bacaan rohani untuk, seperti Santo Yosef, mendewasakan iman kita: menempatkan Bunda Maria dan Tuhan Yesus sebagai pusat kehidupan.* (Ismul)

Related Post

Leave a Reply