Wed. Oct 16th, 2024
Remmy Syla, CSsR

Oleh Pater Remmy Sila, CSsR, dari Samoa

TEMPUSDEI.IS (13 MARET 2021)

Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya” (Yes 66: 10).

Hari Minggu Prapaskah IV dikenal sebagai hari Sukacita atau dalam bahasa Latin hari Minggu Laetare. Hari Minggu Prapaskah IV ini menjadi istimewa karena kita semua diundang untuk bersukacita dalam pengharapan akan keselamatan kita.

Bacaan pertama pada hari ini dari Kitab Tawarikh 36: 14-16, 19-23 mewartakan kepada kita 2 hal penting yang tampak seperti dua sisi mata uang, yaitu murka dan belaskasihan Allah. Kedua hal ini diungkapkan dalam peristiwa pengasingan (pembuangan) ke Babel dan pembebasan bangsa Israel  untuk kembali ke Yerusalem. Ada 3 keluhan yang diungkapkan berkaitan perilaku bangsa Israel dan para pemimpin mereka. ”Mereka tidak setia, mereka menajiskan Bait Allah, dan mereka menertawakan para nabi.”

Ketiga perilaku ini menyebabkan kemurkaan Allah lalu terjadi peristiwa pembuangan bangsa Israel. Namun, akhirnya karena belaskasihan-Nya, Allah memutuskan untuk memulihkan mereka pada waktunya sendiri dan membawa mereka kembali ke tanah air mereka yang tercinta, yaitu Yerusalem.

Oleh karena itu, pesan bacaan pertama ini pada dasarnya adalah pesan pengharapan yang bersumber pada Allah yang mahakuasa, namun sekaligus mahakasih dan maha penyayang. Kasih Allah akan manusia ini akhirnya berpuncak pada keputusan Allah untuk menyelamatkan umat manusia melalui Putera tunggal-Nya Yesus Kristus.

Sayangnya tawaran kasih Allah bagi bangsa Israel lewat raja Koresh untuk kembali ke Yerusalem tidak  ditanggapi oleh semua orang. Meskipun banyak yang dengan antusias berangkat pulang ke Yerusalem, namun tidak sedikit juga yang memilih untuk tetap tinggal di negeri asing, di tanah pembuangan karena mereka merasa lebih senang tinggal di sana. Dua sikap yang berbeda ini membawa pesan penting bagi kita bahwa kasih Allah terhadap manusia itu selalu bersifat tawaran. Manusia bebas untuk memilih menerima atau menolak tawaran kasih Allah tersebut. Ada yang ingin bebas dari belenggu dosa dan hidup dalam rahmat kasih Allah tetapi ada yang lebih senang hidup dalam dosa karena dalam situasi inilah ia bisa bebas memenuhi segala nafsu duniawinya.

Dalam bacaan kedua, Santo Paulus mengingatkan kita tentang keadaan kita sebelumnya dan bagaimana Tuhan benar-benar menebus kita: “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita...” (Ef 2: 4-5).

Semuanya ini merupakan ungkapan dari kasih  Allah yang begitu besar kepada manusia. Oleh karena itu, hari ini kita bersukacita karena Tuhan telah menunjukkan belaskasihan yang begitu besar kepada kita dalam diri Yesus Kristus, putera-Nya yang terkasih.

Namun di pihak lain, Santo Paulus juga menarik perhatian kita pada satu hal yang sangat penting melalui pertanyaan ini dalam suratnya kepada umat di Roma: “Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” (Rom 6: 1). Tentu saja jawabannya sangat jelas dikatakan juga oleh Paulus: “Sekali-kali tidak!” Sudah pasti bahwa kita tidak boleh menyerah begitu saja terhadap dosa. Kita harus berjuang untuk mengatasinya. Kasih karunia Allah memang telah dianugerahkan kepada kita tetapi kita tetap harus berjuang untuk mendapatkan dan mempertahankannya.

Tuhan telah menyelamatkan kita melalui kasih karunia-Nya, tetapi Dia juga mengharapkan kita untuk memelihara hidup baru yang telah dianugerahkan-Nya dengan menjalani hidup yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Tujuan Allah menyelamatkan kita melalui kasih karunia-Nya adalah: “Untuk menjalani hidup yang baik, sebagaimana Ia kehendaki agar kita kita menjalaninya dari awal Ia menciptakan kita.” Inilah yang dikerjakan anugerah Tuhan bagi kita yaitu memulihkan kita kepada kehidupan yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kehendak Allah. Maka kita harus menghargai apa yang telah Allah lakukan untuk kita melalui Yesus, Putera tunggal-Nya.

Bacaan Injil hari ini dari Yohanes 3: 14-21, mewartakan kepada kita ayat yang sangat terkenal: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3: 16). Ini merupakan pesan pokok dari Injil hari ini dan karena itu harus menjadi sumber kegembiraan bagi kita semua.

Tujuan tindakan kasih Allah syarat sangat ini jelas dan sederhana: “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Tuhan telah membuat kasih karunia dan keselamatan tersedia bagi kita, khususnya di masa Prapaskah ini melalui kesempatan penerimaan Sakramen Tobat demi pembaharuan hidup rohani kita. Maka di pihak kita, kita harus siap untuk menerima tawaran kasih karunia tersebut melalui iman di dalam Yesus.

Akhirnya kita dipanggil untuk bersukacita hari ini karena kasih karunia telah tersedia dan keselamatan kita sudah dekat. Apa yang perlu kita lakukan hanyalah percaya dan menjalani kehidupan yang baik yang Tuhan ciptakan untuk kita jalani sejak awal. Hidup yang baik berarti hidup sebagai anak-anak Allah yang setia. Artinya kita harus hidup untuk Tuhan dan sesama hari demi hari, waktu demi waktu. Inilah satu-satunya jalan kegembiraan kita yang utuh.

Tuhan memberkati.

Related Post

Leave a Reply