Sat. Jul 27th, 2024

Suster Bene Xavier, Orang Indonesia Pertama Dalam Kongregasi MSsR

Wina, Austria, TEMPUSDEI.ID (13/10/20) – Biarawati tanpa jubah dan kerudung? Bukankah biarawati adalah perempuan-perempuan berkaul yang hidup di dalam biara dengan mengenakan jubah dan kerudung?

Jawabannya, ada. Di Jerman ada sebuah kongregasi perempuan bernama Missionsschwestern vom Heiligsten Erlöser (selanjutnya dalam Bahasa Latin disingkat MSsR), atau kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Suster-suster Misi dari Sang Penebus Maha Kudus. Ini merupakan sebuah kongregasi suster-suster missionaris yang bekerja pada pelayanan pastoral, baik pastoral untuk anak-anak, kaum muda, keluarga, manula, juga orang-orang sakit.

MSsR didirikan tahun 1957 di Gars, provinsi Bayer, Jerman oleh Provinsial CSsR (kongregasi imam Sang Penenus Maha Kudus) pada masa itu. Motto MSsR adalah Bei Ihm ist Erlösung in Fülle! (Mazmur 130:7), atau dalam Bahasa Indonesia berarti “Pada Tuhan ada penebusan berlimpah.”

Inisatif didirikannya MSsR muncul karena dirasa adanya kebutuhan peranan perempuan dalam misi, mengingat Jerman yang dianggap sebagai tanah misi. Selain itu juga kebutuhan untuk bermisi ke Jepang. Saat itu beberapa imam CSsR (Redemptoris) sudah terlebih dulu mendarat di tanah Jepang. Pada awal didirikannya MSsR, para suster mengenakan jubah berwarna hitam, tanpa kerudung.

Mulailah 5 orang perempuan muda sebagai pionir di MSsR. Kemudian di tahun-tahun selanjutnya semakin bertambah. 1965 berangkatlah 3 orang suster ke Jepang untuk memulai misi di Jepang. Kemudian beberapa pemudi Jepang pun bergabung juga dengan kongregasi ini. Di tahun-tahun berikutnya MSsR merambah misi ke Amerika Latin.

Dalam proses bermisi, dirasakan bahwa terkadang jubah menjadi “penghalang” untuk dekat dengan umat atau masyarakat. Masyarakat di beberapa negara merasa “takut” dan “sungkan” dengan kehadiran orang Eropa (notabene dengan karakteristik tubuh tinggi besar, mata biru, rambut pirang) yang berjubah. Akhirnya diputuskan untuk para suster mengenakan pakaian biasa. Dan ternyata hal tersebut sangat berpengaruh. Para suster jauh lebih mudah diterima.

Saat ini MSsR ada di 6 negara (Jerman, Jepang, Bolivia, Chile, Austria dan Ukraine). Tentu saja anggotanya dari 6 negara tersebut. Wah tidak ada anggota dari Indonesia, ya?

Ada. Kontributor TEMPUSDEI.ID di Kota Wina, Austria (Sr. Bene Xavier) merupakan orang Indonesia pertama yang bergabung dengan kongregasi ini, meskipun secara kepemilikan, ia milik Provinsi Jepang karena bergabung dengan biara MSsR yang ada di Jepang.

Kehadiran Sr. Bene Xavier dalam kongregasi ini memberi warna tersendiri karena berasal dari negara yang “baru”, di mana MSsR belum ada. Dengan kehadiran Sr. Bene, para suster Eropa dan Jepang kini lebih mengenal kebudayaan dan makanan Indonesia.

Tinggal di luar negeri tentu saja mengharuskan Sr. Bene Xavier belajar bahasa setempat. Selama di Jepang, ia mengikuti studi Bahasa Jepang selama 1 tahun, juga melakukan pelayanan pastoral untuk anak-anak di paroki dan bekerja sebagai guide di Katedral Xavier. Setelah pindah ke Austria juga harus belajar Bahasa Jerman. Saat ini bekerja membantu di sebuah sekolah dasar alternatif serta terlibat aktif dalam kelompok paduan suara.

“Saya berharap, suatu hari bisa kembali ke Indonesia untuk membawa calon-calon baru dari Indonesia atau membuka komunitas di Indonesia,” harap Sr. Bene Xavier. (tD)

Caption foto: Dari kiri ke kanan: Sr. Elisabeth (Jerman), Father Dominic CSsR (Inggris), Sr. Bene Xavier (Indonesia), Sr. Anneliese (Austria), Sr. Margreth (Austria)

Related Post

Leave a Reply