Sun. Oct 13th, 2024

Pater Kimy Ndelo, CSsR, dari Biara Redemptoris Kerala, India

Salah satu kisah tentang “Pengampunan” yang menarik perhatian adalah kisah Oshea Israel dan Mary Johnson. Oshea telah menembak dan membunuh putra Mary – seorang anak laki-laki yang bahkan tidak dikenal Oshea. Tidak mungkin Oshea mampu membayar kembali Mary atas apa yang telah diambilnya darinya. Dan Mary tidak berhutang apa pun padanya.

Ini bukanlah situasi yang mudah. Seperti yang Mary katakan, “Saya membenci semua orang untuk sementara waktu.” Namun lama kelamaan Mary mencoba untuk memaafkan Oshea. Dia mengunjunginya di penjara. Dia membantunya ketika dia dibebaskan. Dalam prosesnya mereka berdua berubah.

Mary memberi Oshea satu-satunya hadiah yang dia butuhkan untuk memulai penyembuhannya: pengampunan total.

Hari Minggu ini dikenal sebagai Hari Minggu Kerahiman Allah (Divine Mercy Sunday). Ini mengingatkan Santa Faustina Kowalska dari Polandia yang terkenal sebagai rasul kerahiman ilahi. Dia digelari Santa pada minggu kedua Paskah (30 April 2000) oleh Paus Yohanes Paulus Ii. Menurut kesaksiannya, minggu kedua ini diminta oleh Yesus sendiri.

Istilah “mercy” dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi “murah hati”. Kata lain yang sering dipakai dan lebih mendekati arti sesungguhnya adalah “belaskasihan” atau “kasih setia”.

Dalam tradisi Kitab Suci kata mercy merupakan terjemahan istilah hesed (Ibrani) atau eleos (Yunani). Kedua istilah ini menggambarkan salah satu “sifat” Allah yang paling menonjol dalam hubungannya dengan manusia.

Allah membuat perjanjian dengan manusia atas dasar “kemurahan hati”. Artinya, manusia sebetulnya tidak layak mendapatkan janji Allah karena dosanya dan karena pasti janji itu akan dikhianati. Allah membuat perjanjian dengan manusia tapi sudah menyiapkan senjata untuk berjaga-jaga jika manusia ingkar. Senjatanya bukan pertama-tama hukuman tetapi pengampunan dan kasih setia.

Ini tidak berarti Allah tutup mata atau masa bodoh terhadap dosa manusia. Tidak.

Kebesaran Allah terletak pada kesediaan-Nya untuk mengampuni. Kebesaran Allah terletak pada belaskasihan-Nya yang tak terhingga.

Sekalipun Allah harus menghukum, hukuman itu bukan didasari oleh kebencian melainkan oleh karena belaskasih. Ibarat kata, seperti seorang ayah memukul anaknya yang bersalah, bukan dengan mata menyala melainkan dengan berurai air mata.

Belas kasih tidak melemahkan keadilan, namun mengatasinya! Ini adalah kunci utama yang mendukung pengampunan dan kasih sayang. Belas kasih adalah kekuatan yang membangunkan kita kembali ke kehidupan baru dan menanamkan dalam diri kita keberanian untuk menatap masa depan dengan harapan. Kita bisa menganggap belas kasihan sebagai anugerah pertobatan.

Yesus yang bangkit memberi kuasa kepada para muridnya, bukan pertama-tama kuasa mengajar atau membuat mukjizat. Kuasa yang diberikannya adalah kuasa untuk mengampuni.

“Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya akan diampuni. Jikalau kamu menyatakan dosanya tetap ada, maka dosanya tetap ada” (Yoh 20,23).

Saat ini dunia lebih membutuhkan belas kasih dan pengampunan lebih daripada yang lainnya.

Related Post